Tentang Hijrah

Kemarin alhamdulillah saya mendapat kesempatan mendampingi seorang perempuan yang hendak menjadi mualaf.

Kisaran 23 tahun dan merantau dari Medan ke Jakarta.

Saat ditanya kenapa ingin masuk Islam, ia menjawab: saya punya teman sekosan, saya liat dia sholat – hati saya tenang.

Alhamdulillah prosesi syahadatnya mudah dan lancar, biidznillah.

Tapi, yang agak menarik adalah saat selepas prosesi, beberapa jamaah masjid memberikan sejumlah infak via kami untuk beliau.

Bahkan seorang teman – yang qadarullah Mualaf juga – langsung menghampiri saya dan memberikan sedekah saat itu juga, dengan nominal yang cukup banyak. Masya Allah.

Seketika pikiran saya kembali ke kata-kata abang saat ada fenomena artis yang sudah hijrah namun kembali ke jalan sebelumnya.

“Kemana kita saat ia membutuhkan pertolongan saat hijrah? Jika seseorang hijrah, jangan lepaskan tangannya. Bantu ia dalam ekonominya.”

Allahu ya kariim.

Jadi, saat seseorang hijrah, tidak cukup hanya ucapkan doa dan pelukan. Tapi juga perlu dibantu dari segi materi dan psikologinya.

“Mereka hijrah, pasti mulai semuanya dari nol,” ujar teman saya.

Lagi, lagi hati saya berucap: betapa manfaatnya muslim yang kuat. Bisa selalu menebarkan manfaat kapan dan dimana saja.

Semoga Allah mampukan kita untuk terus bermanfaat ke sesama. Aamiin…

Jkt, 10 Agustus 2019

Ladeva

Perjalanan yang Mendekatkan

Dua ribu dua belas hingga dua ribu empat belas adalah masa-masa saya sering ikut open trip.

Punya banyak kenalan baru dari komunitas open trip tersebut. Dan warbiyasanya, mereka santun, sopan, taat, dan (seinget saya) laki-lakinya tidak ada yang merokok. Dari sekian banyak perjalanan, banyak pula cerita yang bertaburan dari teman-teman baru ini.

Setiap orang punya alasannya sendiri saat memutuskan untuk ‘berjalan’. Dari alasan sekedar ‘suka’ hingga alasan yang bisa bikin saya mengangguk-angguk, ketika itu.

photo6255506166411012020
Sore di Floating Market, Lembang

Alhamdulillah takdir Allah tuh keren.

Dua ribu lima belas merupakan tahun yang membuat saya menjauh dari ‘perjalanan’ padahal ajakan datang dari manapun. Hiatus dari dunia traveling.

Lalu dua ribu enam belas diamanahkan untuk kembali bersentuhan dengan traveling, hingga di awal tahun ini harus lebih difokuskan.

Dan kembali lagi, setiap perjalanan punya cerita masing-masing. Perbedaannya kali ini, setiap cerita dikaitkan dengan Tauhiid dan kuasanya Allah serta ada keyakinan yang ditabur di perjalanan.

Kamu, kapan kali terakhir ‘berjalan’ untuk menemukan cintaNya?

Deva

Kajian Tauhid Aa Gym [1]

“Allah itu rindu sama kita makanya kita diberi masalah, baik besar atau kecil. Bertaubat, memohon ampun sama Allah.” – Aa Gym

Kurang lebih kata-kata itu yang saya tangkap beberapa hari lalu saat menghadiri Kajian Tauhid Aa Gym di Masjid Istiqlal. Selama ini ketika menghadapi masalah, terlalu terfokus kepada masalah itu sendiri. Lupa bahwa ada akar penyebab masalahnya, yang tidak melulu kasat mata.

Mungkin salah itu berasal dari sebuah perbuatan tapi ada yang lebih dalam dari perbuatan itu sendiri yaitu rasa rindu Allah kepada kita.

Continue reading “Kajian Tauhid Aa Gym [1]”