Kemarin alhamdulillah saya mendapat kesempatan mendampingi seorang perempuan yang hendak menjadi mualaf.
Kisaran 23 tahun dan merantau dari Medan ke Jakarta.
Saat ditanya kenapa ingin masuk Islam, ia menjawab: saya punya teman sekosan, saya liat dia sholat – hati saya tenang.
Alhamdulillah prosesi syahadatnya mudah dan lancar, biidznillah.
Tapi, yang agak menarik adalah saat selepas prosesi, beberapa jamaah masjid memberikan sejumlah infak via kami untuk beliau.
Bahkan seorang teman – yang qadarullah Mualaf juga – langsung menghampiri saya dan memberikan sedekah saat itu juga, dengan nominal yang cukup banyak. Masya Allah.
Seketika pikiran saya kembali ke kata-kata abang saat ada fenomena artis yang sudah hijrah namun kembali ke jalan sebelumnya.
“Kemana kita saat ia membutuhkan pertolongan saat hijrah? Jika seseorang hijrah, jangan lepaskan tangannya. Bantu ia dalam ekonominya.”
Allahu ya kariim.
Jadi, saat seseorang hijrah, tidak cukup hanya ucapkan doa dan pelukan. Tapi juga perlu dibantu dari segi materi dan psikologinya.
“Mereka hijrah, pasti mulai semuanya dari nol,” ujar teman saya.
Lagi, lagi hati saya berucap: betapa manfaatnya muslim yang kuat. Bisa selalu menebarkan manfaat kapan dan dimana saja.
Semoga Allah mampukan kita untuk terus bermanfaat ke sesama. Aamiin…
Jkt, 10 Agustus 2019
Ladeva
Terima kasih sudah mengingatkan. Benar adanya ya, ketika hijrah, semuanya mulai dari nol.
LikeLike
Sama-sama, Mbak Dena. Sangat penting untuk berjamaah. 🙂
LikeLike