“Di Uzbekistan, ada makam Imam Bukhori yang hanya bisa diziarahi oleh beberapa wisatawan luar negeri, Indonesia salah satunya” – ucap atasanku saat pertama kali kami ingin membuat trip ke Uzbekistan sekitar tahun 2018.
Dan saat rombongan perdana sedang trip di Uzbekistan, saya memerhatikan dokumentasinya. Masyaa Allah sebuah negara yang sangat indah dengan beragam bangunannya yang begitu detail serta serasa hidup di Rusia ya, yang ternyata belakangan diketahui Uzbekistan adalah salah satu pecahan Uni Soviet yang merdeka tahun 1991 silam.
Alhamdulillah di Februari tahun lalu (iya tepat setahun lalu), saya ditugasi untuk membawa rombongan ke Uzbekistan. Hufft belum pernah saya tulis detailnya di blog ini, sehingga ya kepikirnya mungkin ini akan dipecah ke beberapa tulisan, insyaa Allah. Kenapa? Karena 8 hari berpindah kota pasti banyak yang mau diceritakan, salah satunya tulisan kali ini tentang kota Bukhara.
Pemandangan inilah yang kami jumpai saat kali pertama tiba di Bukhara malam hari
Sesaat saya terdiam. Magis. Cantik.
Jujur sih ada rasa terharu gitu saat melihat pemandangan ini. :’)
Lalu bertekad, besok pagi harus lihat lagi.
“Yah sayang yaaa kita tibanya malam, besok ke sini lagi yaaa,” ungkap beberapa peserta rombongan.
“Yes, besok insyaa Allah kita ke sini lagi,” janji saya kepada mereka.
Malam itu, angin terasa sampai ke tulang, luar biasa dinginnya. Sehingga kami tidak terlalu lama di luar ruangan, segera mencari tempat untuk menghangatkan diri. Dan tahukah tempat apa itu?
Yes, workshop karpet.
Percayalah selain karena hangat, para peserta menyukai tempat ini karena ada saja yang menarik perhatian mereka. Contohnya jaket tenun khas Uzbekistan, yang berhasil diborong beberapa peserta. Jangan khawatir dengan harganya, insyaa Allah bisa ditawar. 😀
Karena tiba di malam hari, proses menenun sudah selesai deh :’)
Oh iya lupa, kami juga sempat mengunjungi Ark of Bukhara, yang merupakan tempat kediaman Bukhara Khan, penguasa wilayah itu berabad-abad lalu.
Meski cahayanya hanya segini, alhamdulillah ya bisa menikmati perjalanan
Keesokan paginya, kami kembali menikmati Bukhara, dengan cuaca yang masyaa Allah dinginnya. Menariknya, sedang ada syuting film di dekat hotel kami. 😀
Sayang ya bun agak ngeblur fotonya :’)
Saat kami berjalan keliling Bukhara, lokasinya masih banyak yang sepi, toko pun belum banyak yang buka.
Saat berkeliling ini, saya mikir rasanya wajar banget jika Kota Bukhara dinobatkan UNESCO sebagai salah satu warisan dunia karena banyaknya peninggalan sejarahnya dan bangunannya masih sangat terjaga keotentikannya.
Oops ada bu dokter di belakang lagi foto juga ternyata haha…
Lalu, bagaimana dengan ziarah Imam Bukharinya, Dep?
Nanti ya akan ditulis di postingan selanjutnya. Udah agak lama ndak nulis cerita perjalanan, jadi masih agak gugup nih 😀
Di depan Makam Imam Bukhari
Segitu dulu ya ceritanya, kasih tau inputnya yaaa 😀
Saking sudah lamanya tidak menulis blog dari laptop, saya sampai lupa password blog ini. Benar bahwa beberapa waktu lalu, pernah mempublish tulisan random di sini tapi itu menggunakan ponsel. Ntah kenapa – mungkin rindu – menulis di laptop untuk blog ranselijo ini.
Tanpa bermaksud mengeluh, namun masyaa Allah ya waktu berjalan relatif cukup cepat buat saya. Dua bulan saja sudah merasakan bekerja dari rumah.
Rasanya mau mengeluh juga tidak pantas. Kenapa? Ya karena memang alhamdulillah masih ada yang bisa dikerjakan dari rumah, masih ada income yang masuk, ada anggota keluarga tersayang di rumah, ada atap untuk berlindung, mampu membeli pulsa agar selalu terkoneksi dengan dunia luar, dsb. Bukankah banyak sekali nikmat yang harus disyukuri, meski memang saat ini hidup tidak semudah biasanya saja.
Saya meyakini firman Allah, semakin banyak kita mampu bersyukur maka nikmat akan Allah tambah lagi. Aamiin!
Jadi dua bulan bagaimana rasanya?
Sebagai orang yang biasa jarang menghabiskan waktu berlama-lama di rumah, saya amazed dengan diri sendiri. Alhamdulillah tidak merasakan kebosanan – yang saya pikir, sebagai orang extrovert, saya akan menderita banget karena tidak bisa bertemu orang-orang di luar.
Mungkin salah satu penyebabnya karena baru pindah rumah?
Atau karena ya memang mencoba nrimo dengan kondisi yang saat ini terjadi.
Ada sebuah pesan dari Aa Gym yang saya ingat bahwa di kondisi – yang saat ini mengharuskan diri untuk ada di rumah maka ada kemungkinan terjadi gesekan-gesekan antar keluarga, cara agar mampu menghindari hal tersebut:
Hayyin – tenang.
Layyin – sopan, santun, penyayang, dan lemah lembut.
Qarib – akrab, hangat dan menyenangkan.
Sahl – memudahkan urusan.
Penjelasan lengkapnya bisa dilihat di bawah ini:
Tidak mudah untuk berkarakter seperti itu, namun rasanya bisa dicoba pelan-pelan. Semoga Allah berikan keistiqomahan bagi siapapun yang mencoba hal baik tersebut. Aamiin…
Selama dua bulan ini, pekerjaan memang ada beberapa yang di-switching, membantu unit bisnis lainnya yang bisa dibilang jadi ujung tombak kantor saat ini. Karena jelas bahwa sebagai orang yang bekerja di travel agent maka belum bisa membuat rencana perjalanan tapi masih ada 1 program yang pekan lalu saya coba buat dan alhamdulillah diterima dengan baik. Yaitu IG Live “Ngabuburit Around the World bersama Wisata Hikmah”. Jadi, itu adalah sebuah program di IG Live-nya WH untuk sharing santai keadaan di berbagai negara saat ini. Percobaan pertama adalah interview tour guide kami di Maroco dan insyaa Allah besok akan interview teman baik di Madinah. Doakan ya agar lancar dan menarik. 😀
Selain itu, sebenarnya saya pengen banget menulis pengalaman perjalanan saya di Februari lalu ke Uzbekistan selama 8 hari 6 malam. Sudah ada draftnya tapi ntah kenapa ya kok ya maju mundur untuk posting.
Main salju bareng Mbak Tudes di Amirsoy, Uzbekistan
Ciri khas bangunan di Samarkhan, Uzbekistan adalah warna-warna birunya seperti ini. Fantastic!
Pernah gak sih kalian ngerasain kayak gini? Apa karena over thingking ya?
Terus juga masih pengen nyoba inget-inget lagi perjalanan keliling Banda Aceh sampai Sabang yang dilakuin akhir tahun 2019 lalu. Doh!
Nama blog boleh ranselijo, kesannya traveling banget tapi kok ya tulisan tentang traveling jarang banget ya. Maapin, yak! 😀
Cerita apalagi ya?
Hmm..oh iya selama 1 bulan terakhir, Mbak di rumah ndak datang lagi untuk sementara – sampai epidemi ini berakhir sehingga skill saya melakukan domestic work bisa dibilang meningkat nih haha! Dari mencuci piring, ngepel, nyapu, organize barang-barang di rumah, mayan deh. Jadi challenge tersendiri jika ingin bangun agak siang dipastikan akan sulit. Apalagi kalau ada online meeting jam 8 pagi, ditambah bantu nemenin ponakan belajar. Hahaha…seru banget atur waktunya.
Terus gimana dengan bulan Ramadhan?
Dengan atau tanpa adanya epidemi ini, sebagai umat muslim, ya harus menjalani Ramadhan semaksimal mungkin. Bahkan harus harus harus lebih baik lagi dari tahun sebelumnya. Benar bahwa ndak bisa tarawih di masjid, tapi ya gpp juga. Kan bisa tarawih di rumah, baik berjamaah maupun sendiri. Saya sempat terharu banget saat tarawih hari kedua, abang saya (qadarullah lagi silaturahim ke rumah) jadi imam tarawih. Wah…gak inget deh kapan terakhir hal ini terjadi. Ditambah lagi saat baca doa, abang saya berasa lagi mimpi muhasabah di rumah. Jadi, rasanya haru.
Saya pernah baca tulisan seorang teman yang dulunya dia LDM dengan suaminya, namun alhamdulillah sudah ndak LDM karena ada kebijakan kantornya gitu, pas banget dengan musim epidemi yang melarang untuk keluar rumah kan. Nah, tulisannya itu berisikan rasa syukur bahwa meski benar epidemi ini challenging tapi ada sisi positifnya yaitu jadi ada quality time yang meningkat antar anggota keluarga. Sedikit banyak hal tersebut, saya rasakan juga. Maka, masyaa Allah benar bahwa tiada satu peristiwa pun yang terjadi di muka bumi ini tanpa ada hikmah di dalamnya. Dan pasti ada kebaikannya, sekecil apapun. Allah Maha Tahu, kita – hambanya – belum tahu hal tersebut.
Semoga siapapun umat muslim yang saat ini sedang menjalani Ramadhan, sendiri, berdua, bertiga, dekat atau berjauhan dengan keluarga – semoga selalu Allah jaga dan diberikan kondisi terbaik. Aamiin!
Hmm mau nulis apalagi ya kali ini?
Oh ya, bagi teman-teman yang ke ranselijo.com untuk mendapatkan berita atau informasi mengenai traveling harap bersabar ya karena mungkin beberapa waktu ke depan, saya akan nulis hal-hal random demi menyalurkan isi pikiran yang over ini hehehe…
Kalau ada ide atau cerita-cerita yang bisa dibagi, share yuk di kolom komentar.
Tidak lama setelah saya mem-posting tulisan perdana di tahun ini tentang self-care saya memutuskan untuk hiatus sejenak dengan cara mengubah setting-an blog ini menjadi private. Sehingga para pembaca tidak bisa menemukan link ranselijo ini. Padahal di awal tahun, ingin rasanya bisa kembali ngeblog 2 kali sebulan, at least.
Kenapa akhirnya hiatus?
Karena merasa sering kali tulisan lebih dewasa dibandingkan penulisnya itu sendiri.
Tapi ya memang dasarnya suka menulis, sehingga jika tidak menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan, seperti ada yang kurang. Akhirnya terlampiaskan di Instagram saja.
Saya kira, cukup. Tapi ternyata tidak.
Bahkan sebenarnya, blog selalu menjadi tempat refleksi paling menyenangkan bagi saya, terlepas kemudian saya mempublikasikan tulisan atau tidak.
Lalu, kenapa akhirnya setting blog ini diubah menjadi public kembali?
Karena saya pikir: saya rindu ngeblog seperti dulu lagi.
Menulis tanpa harus berpikir: kira-kira ada yang baca gak ya?
Atau: jika menulis ini, pendapat pembaca bagaimana ya?
Atau bahkan: duh, jika seperti ini, ada yang tersinggung atau tidak ya?
Dan lain sebagainya.
Padahal esensi dasar dari sebuah blog adalah tempat sharing segala macam.
Lupakan sejenak tentang hiruk pikuk dunia digital marketing saat ini, lupakan tentang monetizing blog, lupakan tentang niche blog, dan hal-hal ‘menjual’ lainnya.
***
Oiya, hari ini ceritanya saya abis ikutan seminar Optimizing Digital Marketing gitu lah, khusus untuk travel operator (ya ini part dari kerjaan saya). Nah, tadi di sana ngumpul deh orang-orang pintar yang sama sekali tidak pelit ilmu. Padahal mah, logikanya sesama saingan kok mau buka-bukaan kartu 😀
Lucu kan?
Nah, seorang teman berkata ke saya: ilmu tuh ya gitu, Dev. Semakin dibagi, manfaatnya semakin bertambah. Dan di jaman seperti sekarang, sudah saatnya berbisnis dengan bersinergi, bukan memandang dari sudut pandang “saingan”.
Adem ya dengernya? 🙂
Jadi yuk, bersinergi. Saling sharing. Semoga ranselijo.com bisa menjadi media teman-teman untuk sinergi atau sharing apapun, terutama tentang traveling.
Doakan istiqomah menulis di sini ya. 🙂
***
So yeah, welcome back to ranselijo.com, my favorite playground to write anything, especially about traveling (hopefully).
Dua ribu dua belas hingga dua ribu empat belas adalah masa-masa saya sering ikut open trip.
Punya banyak kenalan baru dari komunitas open trip tersebut. Dan warbiyasanya, mereka santun, sopan, taat, dan (seinget saya) laki-lakinya tidak ada yang merokok. Dari sekian banyak perjalanan, banyak pula cerita yang bertaburan dari teman-teman baru ini.
Setiap orang punya alasannya sendiri saat memutuskan untuk ‘berjalan’. Dari alasan sekedar ‘suka’ hingga alasan yang bisa bikin saya mengangguk-angguk, ketika itu.
Sore di Floating Market, Lembang
Alhamdulillah takdir Allah tuh keren.
Dua ribu lima belas merupakan tahun yang membuat saya menjauh dari ‘perjalanan’ padahal ajakan datang dari manapun. Hiatus dari dunia traveling.
Lalu dua ribu enam belas diamanahkan untuk kembali bersentuhan dengan traveling, hingga di awal tahun ini harus lebih difokuskan.
Dan kembali lagi, setiap perjalanan punya cerita masing-masing. Perbedaannya kali ini, setiap cerita dikaitkan dengan Tauhiid dan kuasanya Allah serta ada keyakinan yang ditabur di perjalanan.
Kamu, kapan kali terakhir ‘berjalan’ untuk menemukan cintaNya?
Tapi trip ini beda. Bukan cuma sekedar jalan-jalan tapi ada nilai plusnya.
Apa nilai plusnya, Dep?
*anggap aja ada 2 orang lagi ngobrol ya Seus…*
Nilai plusnya adalah ada…sharing ilmu gitu dari Ustadz/Ustadzah Daarut Tauhiid. 🙂
*langsung benerin kerudung*
Jalan-jalannya jadi serius dong, Dep?
Ya gak serius-serius kayak pengajian. Tapi gimana kita nanti didorong untuk ngobrolin hikmah sepanjang perjalanan. Ngobrolnya juga bisa sembari makan kuaci kok. 😀
Oh jadi pulang dari jalan-jalan, bisa bersih hati ya Seus?
Aamiin…namanya juga proses, Seus. Yang penting mah gimana cara kita untuk selalu ibadah meskiii lagi jalan-jalan dan hura-hura. 😀
Siap! Sok atuh mana pilihannya?
JENG JENG JENG…*DRUM ROLL*
Kalo kita takut naik kuda, tenang…ada kuda poni! *taro timbangan di samping kasur*
Ada lagi gak, Dep?
Ada dong. Nih!
Wow…pake speadboat ya, Dep? Insya Allah aman ya!
Aamiin…ikhtiar maksimal Seus agar kita bisa snorkling cantik di Pari.
Terus, cuma domestik aja ya Dep?
Gak kok, ada internasyionel juga Seus. Mau kemana kamu?
Nih ya aku kasih yang internasyionelnya.
Wah…lengkap, Dep!
Iyes, tinggal bawa keluarga, pasangan, atau siapa ajalah ke destinasi ini. Karena ya…kita perlu tuh rehat sejenak dari rutinitas (ahzek!). Capek kan ya bahas Pilkada mulu. #eh
Iyes banget. Terus kalo mau ikutan, ada syarat apa?
Gak ada syarat khusus, selain bawa kelapangan hati untuk mau kenalan sama orang-orang baru ajaaaaa. Open trip kayak gini tuh seru lho. Bisa kenalan dengan teman-teman baru. Kayaknya aku pernah deh bikin tulisan tentang itu. Bisa cek di sini atau di sini.
Daftar dong, Dep! Ada no hp?
Ada banget, Sis. WA aja ke 0852-8910-2222 atau telp aja ke 021-7235255. Gampang kan?
Gampang banget!
Makasih ya Dep.
Iya sama-sama. Buruan daftar ya, sebelum kuotanya penuh! 😀