Menjadi Tour Leader

Amanah ini bukan lagi tentang dirimu yang menyukai perjalanan. Bukan lagi mengenai seberapa antusias melihat destinasi perjalanan. Bukan lagi tentang sudah berapa lama kamu menginginkan ada di tempat tersebut.

Tapi tentang…
Seberapa mampu kamu melayani peserta, membuat mereka nyaman, membuat mereka tersenyum, dan meyakinkan mereka bahwa perjalanan ini aman.

Bukan tentang kamu takut ketika perjalanan berliku tajam, bukan tentang kamu yang bingung harus melakukan apa ketika harus macet total karena pohon roboh di tengah jalan.

Tapi tentang bagaimana mencari solusi saat yang lain takut dan bingung, tentang kamu yang harus tetap tenang, harus tersenyum saat lelah sekalipun, tentang kamu yang harus menahan langkah menaiki anak tangga meski sebenarnya langkahmu bisa lebih cepat, tentang kamu yang harus berjalan paling belakang untuk meyakinkan bahwa semua rombongan aman, tentang kamu yang harus menyemangati mereka saat mereka lelah, dan tentang kamu yang harus sigap saat mereka butuh bantuan.

Usia beragam, keinginan bermacam-macam. Tugasmulah memfasilitasi semuanya.

photo890937029812135911

Aku jadi teringat sebuah pesan, “Mau Manajer, Direktur atau apapun jabatannya, kalau sudah jadi Tour Leader ya layani peserta sebaik mungkin.”

Ternyata sedemikian menyenangkan melihat wajah-wajah tersebut senyum, makan berkali-kali, dan langsung bertanya “Kemana lagi destinasi selanjutnya?”

Ternyata sedemikian menyenangkannya menjadi Tour Leader.

Ternyata 🙂

Deva – IG: @ranselijo

Tips Membuat Open Trip

Duile judulnya seakan-akan sudah pernah mengadakan open trip jutaan kali ya hahaha…tapi berhubung pernah jadi boleh lah ya bikin tulisan ini. 😀

Tapi sebelum membahas tentang tipsnya, teman-teman sudah tahu kan ya open trip itu apa? Sudah ada yang pernah coba?

Oke oke, jadi gini…

Open trip itu perjalanan yang dilakukan dengan teman-teman baru. Beneran baru. Karena biasanya berkenalan saat memutuskan untuk bergabung di perjalanan. Sekarang sudah banyak open trip semacam ini, biasanya dilakukan oleh para komunitas traveling dan dipublikasikan di media sosial. Landasan utama seseorang untuk bergabung di sebuah open trip adalah kepercayaan.  Jadi, para pembuat open trip sangat harus berusaha menjaga kepercayaan dari para membernya tuh.

Tips yang pertama untuk membuat open trip adalah pastikan bahwa kita tahu medan yang dituju. Survey is a must. Jangan sampai kita semangat banget ke Aceh tapi kita belum tahu ke sana naik apa, belum tahu ongkosnya berapa, dsb. Kecuali kalau memang dari awal jujur mengatakan bahwa belum pernah ke sana tapi bertujuan untuk berpetualang bersama. Kan ada tuh komunitas yang biasa berpetualang ke sana ke mari tanpa tahu lebih lengkap seluk beluk lokasi. Tidak salah dengan hal tersebut karena sudah diinfokan dari awal. 🙂

Kedua adalah punya kenalan yang bisa diandalkan selama di lokasi. Kenapa? Agar informasi detail tentang lokasi, yang belum tentu ada di internet, bisa kita dapatkan. Biasanya fungsi ini sangat terasa jika berada di desa terpencil, yang belum banyak dibahas di internet. Dan sangat memudahkan jika kita perlu tawar menawar harga dengan bahasa setempat.

Menjadi sosok yang komunikatif sangat diperlukan bagi teman-teman yang berniat membuat open trip. Coba bayangin, kalau kita nih tertarik ikut open trip ke sebuah negara, misalnya Thailand tapi Team Leader-nya tidak update menjelaskan kebutuhan kita selama di sana, atau tidak detail menjelaskan itinerary-nya, kan sebagai customer kita agak kurang nyaman. Nah, sosok Team Leader harus siap dihubungi kapan saja untuk ditanya-tanya itinerary, biaya, atau bahkan rekomendasi restoran selama di sana oleh customer. Meski suasana hati langsung kurang baik, tapi pelayanan harus tetap maksimal.

Selama di lokasi, pastikan itinerary berjalan semaksimal mungkin. Namanya perjalanan, tidak ada yang bisa memastikan tentang ketepatan acara. Terkadang tiba-tiba hujan, atau ban bocor, atau kemungkinan-kemungkinan lainnya dapat saja terjadi. Jika hal yang di luar rencana terjadi, pastikan bahwa ada komunikasi yang lancar antara Team Leader dengan para member untuk meminamilisir complain.

Yang terakhir, siap dikritik. Seperti yang sering dikatakan Bunda Dorce, “Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT” maka kita sebagai manusia harus selalu siap dikritik. #aish. Lagian ya manalah kita mampu untuk selalu memuaskan keinginan tiap orang. Jadi, kalau tiba-tiba selama perjalanan ada aja keluhan dari member ya…bersabarlah Nak. Tanggapi dengan komunikasi yang sopan dan baik, jelaskan kondisinya seperti apa. Intinya: lakukan yang terbaik saja setiap kali melakukan open trip. 🙂

Lima tips ini semoga membantu ya bagi teman-teman yang berniat membuka open trip. Kalau pintar hitung sana-sini, biasanya dari open trip ini teman-teman bisa jalan-jalan tanpa harus mengeluarkan biaya lho. 😉

Satu lagi, selalu ingat untuk ajarkan “tempatkan sampah pada tempatnya” yow karena udah 2016 masa iya jalan-jalan masih aja ninggalin sampah di luar tempatnya. 😛

DSCN9590.JPG

See ya!

Deva

Istana Pagaruyuang yang Maimbau

Jika tidak salah ingat, setelah 4 hari saya dan keluarga sibuk berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain, akhirnya kami memutuskan untuk berwisata keluar kampung. Hehehe…soalnya sudah hampir 10 tahun kami tidak pulang kampung, pasti banyak sekali sanak keluarga yang harus dikunjungi. Dari keluarga di Solok hingga ke Surian. Dari satu piring nasi ke piring nasi lagi. Masya Allah, saya jadi ingat reaksi teman-teman kantor saat saya masuk kembali setelah dari Padang, “Devaaa…kamu tembem banget!” Hehehe…salahkan setiap hidangan di depan mata yang rasanya sangat luar biasa! Sedikit selingan, saat di Padang, kami juga makan di restoran-restoran tapi ah, rasanya gak seenak buatan sanak keluarga sendiri. Mungkin karena cuaca yang dingin sehingga sehari saya bisa makan 4 kali dengan porsi yang banyak pula! 😀

Oke, kembali ke rencana berwisata.

Setelah browsing sana-sini dan bertanya jarak yang harus kami tempuh – kampung saya namanya Bukit Gumanti, yang letaknya jauh lah dari mana-mana sehingga masalah jarak harus sangat kami perhatikan – maka kami memutuskan untuk ke istana Pagaruyuang. Terpikat sekali dengan sejarah yang mengiringinya dan juga tergoda dengan Danau Singkarak yang akan kami lewati.

Sip, mari kita jalan.

Jalan dari rumah etek (re: tante) sekitar pukul 07.00 pagi dan perkiraan ya jam 11 insya Allah sudah tiba di lokasi. Dengan menggunakan 2 mobil, kami pun berangkat. Jalanan yang kami tempuh masya Allah berkelok-kelok tiada henti. Selain itu, driver yang kami sewa juga tidak kenal rem, kayaknya. Alhasil kakak dan keponakan-keponakan rada sedikit mabok ya.

IMG_9367
Dari generasi ke generasi. Biarpun lelah, yang penting eksis. 😀

Saya lupa berapa harga tiket yang harus dibayar. Yang saya ingat adalah pemandangan kali pertama di Istana tersebut. M E G A H!

Dan, rame.

Rame banget!

Ya…lebih kurang seperti di Taman Mini gitu jadinya…

IMG_9409

Mungkin dikarenakan jalanan yang berkelok-kelok tadi, sehingga semangat berkeliling istana Pagauruyuang agak sedikit kendor. Saya sih masih semangat tapi ya mau bagaimana kan ngikut yang mayoritas. 😀

Untuk masuk ke istana ini, tidak diperkenankan menggunakan alas kaki. Sehingga harus dititipkan. Kami pun bergantian masuk.

IMG_9377
Cantik ya ornamen interiornya. 🙂

Ternyata ada beberapa lantai di dalam Istana Pagaruyuang ini. Coba bayangkan, tangga yang kecil harus dilalui banyak orang.

IMG_9383
Sepakat ya kalau ini rame?

Agak sedikit kurang nyaman dan saat saya lihat wajah anggota keluarga yang lain, terlihat sekali kelelahannya. Ya sudah kami memutuskan tidak terlalu mengeksplore istana tersebut.

Setelah kami keluar dari istana, eh ternyata keponakan-keponakan lebih suka untuk bermain mobil-mobilan dong dan yang keponakan perempuan lebih suka naik kereta keliling istana. Yuk ah, tante ikut naik kereta aja. 😀

Saat berkeliling, ternyata tidak hanya 1 istana tapi juga ada istana-istana kecil lainnya.

IMG_9401

IMG_9405

IMG_9417

Sungguh disayangkan bahwa ada timbunan sampah di beberapa tempat yang pasti mengganggu kenyamanan wisatawan. 😦

***

Oh  iya, teman-teman sudah pernah dengar kan kalau istana ini pernah terbakar tahun 2007? Jadi sebenarnya Istana Pagaruyuang yang sekarang ini adalah replikanya saja tapi desain dan konstruksinya masih mempertahankan bentuk aslinya.

Lain kali mau ah balik lagi ke Istana Pagaruyuang ini. Rasanya sejarah Istana Pagaruyuang masih maimbau awak (re: maimbau=memanggil, awak=saya).

Sementara menunggu kesempatan ke sana lagi, teman-teman bisa mengenal sejarah Istana Pagaruyuang dari sini ya.

See you!

Deva