Jika tidak salah ingat, setelah 4 hari saya dan keluarga sibuk berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain, akhirnya kami memutuskan untuk berwisata keluar kampung. Hehehe…soalnya sudah hampir 10 tahun kami tidak pulang kampung, pasti banyak sekali sanak keluarga yang harus dikunjungi. Dari keluarga di Solok hingga ke Surian. Dari satu piring nasi ke piring nasi lagi. Masya Allah, saya jadi ingat reaksi teman-teman kantor saat saya masuk kembali setelah dari Padang, “Devaaa…kamu tembem banget!” Hehehe…salahkan setiap hidangan di depan mata yang rasanya sangat luar biasa! Sedikit selingan, saat di Padang, kami juga makan di restoran-restoran tapi ah, rasanya gak seenak buatan sanak keluarga sendiri. Mungkin karena cuaca yang dingin sehingga sehari saya bisa makan 4 kali dengan porsi yang banyak pula! 😀
Oke, kembali ke rencana berwisata.
Setelah browsing sana-sini dan bertanya jarak yang harus kami tempuh – kampung saya namanya Bukit Gumanti, yang letaknya jauh lah dari mana-mana sehingga masalah jarak harus sangat kami perhatikan – maka kami memutuskan untuk ke istana Pagaruyuang. Terpikat sekali dengan sejarah yang mengiringinya dan juga tergoda dengan Danau Singkarak yang akan kami lewati.
Sip, mari kita jalan.
Jalan dari rumah etek (re: tante) sekitar pukul 07.00 pagi dan perkiraan ya jam 11 insya Allah sudah tiba di lokasi. Dengan menggunakan 2 mobil, kami pun berangkat. Jalanan yang kami tempuh masya Allah berkelok-kelok tiada henti. Selain itu, driver yang kami sewa juga tidak kenal rem, kayaknya. Alhasil kakak dan keponakan-keponakan rada sedikit mabok ya.

Saya lupa berapa harga tiket yang harus dibayar. Yang saya ingat adalah pemandangan kali pertama di Istana tersebut. M E G A H!
Dan, rame.
Rame banget!
Ya…lebih kurang seperti di Taman Mini gitu jadinya…
Mungkin dikarenakan jalanan yang berkelok-kelok tadi, sehingga semangat berkeliling istana Pagauruyuang agak sedikit kendor. Saya sih masih semangat tapi ya mau bagaimana kan ngikut yang mayoritas. 😀
Untuk masuk ke istana ini, tidak diperkenankan menggunakan alas kaki. Sehingga harus dititipkan. Kami pun bergantian masuk.

Ternyata ada beberapa lantai di dalam Istana Pagaruyuang ini. Coba bayangkan, tangga yang kecil harus dilalui banyak orang.

Agak sedikit kurang nyaman dan saat saya lihat wajah anggota keluarga yang lain, terlihat sekali kelelahannya. Ya sudah kami memutuskan tidak terlalu mengeksplore istana tersebut.
Setelah kami keluar dari istana, eh ternyata keponakan-keponakan lebih suka untuk bermain mobil-mobilan dong dan yang keponakan perempuan lebih suka naik kereta keliling istana. Yuk ah, tante ikut naik kereta aja. 😀
Saat berkeliling, ternyata tidak hanya 1 istana tapi juga ada istana-istana kecil lainnya.
Sungguh disayangkan bahwa ada timbunan sampah di beberapa tempat yang pasti mengganggu kenyamanan wisatawan. 😦
***
Oh iya, teman-teman sudah pernah dengar kan kalau istana ini pernah terbakar tahun 2007? Jadi sebenarnya Istana Pagaruyuang yang sekarang ini adalah replikanya saja tapi desain dan konstruksinya masih mempertahankan bentuk aslinya.
Lain kali mau ah balik lagi ke Istana Pagaruyuang ini. Rasanya sejarah Istana Pagaruyuang masih maimbau awak (re: maimbau=memanggil, awak=saya).
Sementara menunggu kesempatan ke sana lagi, teman-teman bisa mengenal sejarah Istana Pagaruyuang dari sini ya.
See you!
Deva
Beneran megah sekali ya…
Lihat jendela itu, ko ngebayanginnya, di foto dr luar sambil bersandar atau apalah namanya pokoknya lg di Jendela daah hihi
Kalau jalan berkelok2 gitu, dijamin saya bakal semua keluar 🙊🙊🙊
LikeLike
Iya memang megah sekali, mbak. Sayang aku gak sempat eksplore banget. Dan tentang jendela, banyak yang foto kok mbak di jendela tersebut meski ada larangannya. 🙂
LikeLike
Ooh kenapa dilarang..?
LikeLike
Mungkin karena takut roboh…
LikeLike
Achsooo… Tp masa sih ? Hehe
LikeLike
Achsooo itu apa mbak? Iya seingatku *mendadak gak yakin * hahaha
LikeLike
Duuuh itu kata selalu otomatis keluar heehe
Achso itu seperti ooohh gituuu… dlm bhs Jerman 😀
LikeLike
Ahahahaha….kayak I see gitu ya mbak
LikeLike
Iya betuuul sekaliii… hehe
LikeLike
Wah, bener2 besar ya. Baru tahu ini Dev, sebelumnya cuma dengar namanya yang terkenal.
Aku punya sahabat minang. Kalo main atau nginep rumahnya, makanku selalu banyak. Mamanya kalo masak makanan padang enaaakk banget haha.
LikeLike
Alhamdulillah bisa share sesuatu buat yang membaca 😀
Ah…masakan Padang itu juara buat lidahku. :p
LikeLike
Devaaaaaa. I got to read your post again and it is amazing!! 🙂 gw penasaran abwesh sama masakan padang di Padang! Beneran deh setiap temen yang pergi ke sana bilang enak banget. Dan sekarang postingan ini. Istananya megah banget emang Dev, tapi karwna rame itu kali kah jadi banyak tumpukan sampah? So sad…. 😥
LikeLike
Bang Daniiii… Thanks for reading! Iya masakan sodara-sodaraku endus bang! Naik 4 kilo!
Tentang sampah, always be like this. Harus kita akui itu PR besar di bidang pariwisata negeri tercintah ini
LikeLike
Yang kecil itu bukan istana sih, tapi dulu di gunakan sebagai tempat menyimpan hasil pertanian, mungkin lebih tepat lumbung beras..
LikeLike
Ah…tarimo kasih, Uda untuk infonya 🙂
LikeLike
bahasa kerennyo ‘rangkiang’ 😀
LikeLike
Oooo….oke oke rangkiang 😉
LikeLike
aaaa makin rame aja ya Istana yang satu ini. Terakhir ke sana ga serame itu mbak Deva.
pasti ya, tiap ke rumah sodara di Sumatera Barat tuh selalu disediain nasi anget dan kudu makan di sana mbak. jadi kangen pulang kampung 😀
LikeLike
Aaaaa Ira orang awak juga?
LikeLike
iya mbak Deva 😀
LikeLike
Huaaaa….salam sodara! Hahahahhaa
LikeLike
Wah megah sekali ya istananya Mbak :)). Kalau mau ke sana ajak-ajak dong Mbak :hihi, siapa tahu saya bisa ikutan :hehe. Sampah itu memang merusak! Kayaknya beberapa kelompok dari kita belum punya rasa memiliki :huhu. Istananya megah dan saya penasaran dengan sejarah kerajaan Pagaruyung… soalnya kan ada singgungan dengan Majapahit juga, ya?
LikeLike
Dari Wikipedia, ada unsur Hindu Budha nya di istana ini, Gara. Kapan-kapan open trip yok!
LikeLiked by 1 person
Sip, yuk yuk! :hehe.
LikeLike
Wah bisa masuk kedalam yah? Aku beberapa tahun yang lalu datang sepi sekalii, dan gak bisa masuk.
LikeLike
Oooo pernah gak dibuka untuk umum ya? Kalau sekarang sudah ramai banget 🙂
LikeLike
Bentuk Rumah Gadang itu keren bangeett!!
LikeLike
Megah yaaaa!
LikeLike
Aku udah luamaa sekali nggak ke Sumatera Barat. Terakhir 12 tahun lalu sepertinya 😦
Baca ini jadi kangen.
LikeLike
Ayo ke sana lagi Mbak… 😀
LikeLike
waaaaaa kereeenn kecee amit yax??? hheheh kapan yah bsa gratisan sampai sana hehehe
LikeLike
istana rumah gadang, memang keren..pengen banget makan disini sama yang bersantan santan 🙂
LikeLike
Jadi inget rumah Gadang yang di Padang 😀
Yang entuh megah banget, Mbak Dev. Bisa guling-guling berapa kali ya 😛
LikeLike
Bangunan ini bikin penasaran bgt, pengen bgt lihat dari dekat. Kapan ya bisa jalan2 ke tanah Sumatra.
Salam kenal dari Lombok 😀
LikeLike
Saya dari dulu suka dan kagum banget dengan rumah khas minang, bentuknya, interior dan pernak-pernik ornamennya 🙂
LikeLiked by 1 person
Terlahir di ranah minang ,menghabiskan sebagian usia di Padang, aku belum pernah ke Istana Pagaruyung… disana aku merasa gagal sebagai gadis minang. *hiks
LikeLike