Hari ini ada seorang teman kerja yang ijin masuk setengah hari karena anaknya sedang berulang tahun. Ketika kali pertama dia bertanya ke saya bagaimana ya apakah diijinkan untuk hanya ikut rapat setengah hari, saya dengan gampangnya bilang, ya ijin aja karena ini kan ulang tahun anak dan rapat ini juga dadakan. Syukurlah, pada kenyataannya memang diijinkan.
Saat itu di pikiran saya terlintas suatu pikiran bahwa, “family time more important than anything.”
*sigh*
Beberapa waktu lalu, juga ada teman yang bercerita bahwa pasangannya sudah mulai ‘menegur halus’ dengan kesibukan teman saya ini. Lagi, dikarenakan family time yang mulai tergerus dengan pekerjaan.
***
Dulu saat berhadapan dengan klien dari sebuah corporate, mereka mengagung-agungkan bahwa pekerjaan mereka asik dan bisa tetap seimbang dalam membagi waktu. Begitu ditanya pulang jam berapa, mereka tidak bisa menjawab. Hanya muka yang terdiam dan mata kosong sebagai jawabannya.
***
Saya menulis ini mungkin sebagai bentuk refleksi kegiatan saya sekarang ini.
Kemudian bertanya, apakah benar ada yang namanya keseimbangan dalam hidup? Sejauh apa pekerjaan menyeret kita dan menggerus ‘family time’?
***
Hidup tuh ya gini ya. Punya tujuan, tapi ketika tujuan tersebut butuh pengorbanan yang besar – terutama mengorbankan ‘family time’, rasanya tujuan tersebut perlu di-desain ulang.

Kamu pernah mendesain ulang tujuan hidupmu?
Deva
“Tujuan” dan “prioritas” hidup rasanya akan beradaptasi seiring dengan usia dan posisi ya Dev 😀 .
LikeLike
Iya benar, Ko. Jadi pasti berubah terus ya…
LikeLike
Pernah mba Dev… apalagi kalau hubungannya dengan pekerjaan.
Bagi saya family is the most important thing in life, karena ikatannya seumur hidup. Tapi pekerjaan itu juga tidak bisa ditinggal. Keduanya perlu berjalan beriringan bersama. Memang sulit menjaganya. Awal-awal saya sering nangis pas suami pindah kerja dimana tiap hari dia pulang malam terus. Tapi rupanya lama kelamaan ketika ada saling pengertian saya bisa nerima dan suami mulai menata kerjaan barunya. Tergantung sejauh mana kita mengatur prioritas.
LikeLike
Thanks for sharingnya mbak…untuk itu perlu kerjasama semua anggota keluarga ya mbak agar ada saling pengertian 🙂
LikeLike
Tentu pernah mba Dev. But afterall, it’s all about priority karena setiap hal pasti ada plus dan minusnya
LikeLike
Iyaaaa ya pasti ada plus minusnya. Thanks mbak Wien 🙂
LikeLike
Sama-sama mba Dev!
LikeLike
Aku pernah Dev. Ketika Bapak meninggal. Semua kudesain ulang. Aku pernah tulis disini http://www.conedm.nl/denald/?p=1860 keluarga buatku tetap paling utama, bahkan aku rela melepaskan jabatan yang sudah ada digenggaman, yang selama ini aku perjuangkan untuk mendapatkannya.
LikeLike
😦 sekarang sudah ada di track yg mbak inginkan?
LikeLike
Alhamdulillah sudah. Bersama suami, aku membangun desain hidup yang lain sekarang, pasca keguguran 🙂
LikeLike
Alhamdulillah glad to hear that mbak 🙂 semoga Allah berkahi ya mbak 🙂
LikeLiked by 1 person
pernah, 2 tahun lalu waktu memutuskan pindah kerja, ngga terlalu significant sih Dev, tapi alhamdulillah ada perubahan, ke arah lebih baik 🙂
LikeLike
Sekarang malah bisa terus traveling ya mak? 😀
LikeLike
Lumayan lebih banyak 😀😀
Tapi menurutku memang setiap saat harus ingat tujuan hidup,re designed selalu
LikeLike
Noted! Karena aku sempat berpikir, tujuan hidup itu tidak perlu didesain ulang. 🙂
LikeLike
Atau sebuah alternative lain ya mba yang membuat kita harus selalu aware pada makna hidup… pada saat kita mati nanti, apa ya yang kita bawa? apa ya yang diingat orang tentang kita? -salam-
LikeLike
Aku lebih condong berpikir apa yang kita bawa saat wafat kelak. Kalau apa yang diingat orang tentang kita, aku gak terlalu berpikir ke sana, Mbak. 🙂
LikeLiked by 1 person
aku aja kepikiran gak kerja kalo seandainya nanti punya anak, duuuh dilemaaaa dilemaaaa 😦
LikeLike
Gak usah kerjaaaaa Dit! Asal semua sudah tersedia #eaaa
*RD udah berapa RD* x)
LikeLike
Perang pekerjaan dan keluarga sudah pernah saya jalani dari dua sisi, dan kalau sekarang, saya lebih memilih keluarga :hehe. Nggak tahu kenapa, meski kantor itu penting dan memberi banyak penghargaan, dan setahu saya tidak ada keluarga yang memberi penghargaan dalam bentuk plakat pada anggota keluarganya, saya lebih memilih keluarga. Mungkin ini kali ya, blood is thicker than water :hehe. Dan mungkin karena keluargalah yang akan ada ketika kita jatuh benar-benar terjatuh, bukannya rekan kerja, apalagi kolega :)).
LikeLike
So true and agree, Gara! When we failed, only a true friend and family who will beside us. Been there also.
Seru kali ya kalau pekerjaan dan family bisa seimbang. Tapi apa itu ada ya?
LikeLiked by 1 person
Kayaknya ada Mbak, jika kita berniat dan berusaha ke arah sana. Maksudnya, ketimbang menunggu dapat pekerjaan yang bisa seimbang dengan keluarga, kan lebih baik kita ya yang menyeimbangkan pekerjaan dengan keluarga itu :hehe.
LikeLike
High five!
LikeLiked by 1 person
Hore!
LikeLike
😀
LikeLiked by 1 person
Pernah setelah resign hahaa. Selama kerja yaaa jd budak deh. Yg ada kadang2 wiken pun masuk. Males bgt
LikeLike
Terus sekarang kan Mbak Non udah kerja lagi…redesign lagi dong, Mbak?
LikeLike
Resign lagi nih skr haha. Abis pulang kantornya lebih malam lagi dan tambah stress.
LikeLike
Wooooh udah resign lagi hahahahhaa… Jalan2 lebih gampang :p
LikeLike
Pernah bangat mbak, sampai gonta ganti fokus dan bidang kerjaan, akhirnya kebingungan sendiri sebenarnya yang dicari itu apa yach? hikksss
LikeLike
Sekarang sudah menemukannya mbak?
LikeLiked by 1 person
Masih abu2. Wkwkwk..
LikeLike
Keep riding, mbak 🙂
LikeLiked by 1 person
Pernah Dev tapi sampai sekarang tetep aja desain ulangnya belum dijalanin hiks. 😦
baca soal kerja dan keluarga jadi inget film barat yang diangkat dari novel itu.
LikeLike
Film apa, Yan?
LikeLiked by 1 person
Td pas komen lupa. Skrg br inget. Devil wears Prada. Hahaha
LikeLike
Wohooo aku suka banget film itu! Ceritanya keren!
LikeLiked by 1 person
Hahahaha. Ceritanya sama spt postmu kan?
LikeLike
Aku sempet ngerasain Mbak, ulang tahun tanpa Mama karena beliau dinas ke luar kota. Trus aku murung sampe seharian 😦 *anaknya baperan*
Dan ya, kenyataannya wanita bekerja mesti punya manajemen waktu yang baik ya 😀
LikeLike