Setelah merasa cukup puas dengan pemandangan di Tegal Panjang, saya dan teman-teman pun melanjutkan perjalanan ke Hutan Mati, Papandayan. Tidak semua teman pergi ke Hutan Mati, Papandayan karena beberapa dari mereka sudah pernah ke sana sebelumnya. Berhubung saya belum pernah, saya pun ikut ke Hutan Mati tersebut.
Saya tidak punya bayangan sedikit pun mengenai bentuk dan rupa Hutan Mati di Papandayan. Yang saya tahu hanyalah banyak pasangan yang berfoto-foto di Papandayan karena tempatnya yang eksotik dan cukup mudah untuk dijangkau.
Dari Tegal Panjang ke Hutan Mati, Papandayan harus diakui jalannya tidak terlalu terjal. Tapi tetap harus berhati-hati. Kita akan melewati Pondok Salada dan menyeberangi sungai sebelum masuk ke area tracking Hutan Mati.
Kira-kira dibutuhkan perjalanan 15 menit untuk sampai ke Hutan Mati. Dan ekspresi saya pertama kali saat melihat tempat itu hanya diam. Lebih tepatnya diam karena terpukau dengan keindahannya.
Bagaimana perasaanmu saat melihat tempat seperti itu?
Saya bertanya kepada seorang teman tentang penyebab matinya Hutan Papandayan. Sayangnya tidak ada jawaban yang jelas mengenai hal ini, selain: dulu letusannya gede banget. Tapi akhirnya saya menemukan cerita yang lebih lengkap di tulisan ini. Silahkan diklik. 🙂
Saat perjalanan pulang, saya melihat ada beberapa motor yang hilir mudik di area Papandayan.
Karena area ini kental dengan bau belerang maka baiknya mempersiapkan masker agar tidak terlalu pusing dengan baunya, ya.
Oh ya, saat perjalanan pulang, cuaca mendadak gerimis yang lumayan deras. Jadi kalau ini terjadi dengan kamu, jangan terlalu jauh ya jaraknya dengan anggota tim yang lain. Karena jika hujan di sini, kabutnya lumayan tebal dan jalanan yang semula mudah dilewati, mendadak sangat licin. 😉
Ada yang sudah pernah ke Hutan Mati, Papandayan? Seru kan? 😀
R.I