Desain Ulang Tujuan Hidup, Pernah?

Hari ini ada seorang teman kerja yang ijin masuk setengah hari karena anaknya sedang berulang tahun. Ketika kali pertama dia bertanya ke saya bagaimana ya apakah diijinkan untuk hanya ikut rapat setengah hari, saya dengan gampangnya bilang, ya ijin aja karena ini kan ulang tahun anak dan rapat ini juga dadakan. Syukurlah, pada kenyataannya memang diijinkan.

Saat itu di pikiran saya terlintas suatu pikiran bahwa, “family time more important than anything.”

*sigh*

Beberapa waktu lalu, juga ada teman yang bercerita bahwa pasangannya sudah mulai ‘menegur halus’ dengan kesibukan teman saya ini. Lagi, dikarenakan family time yang mulai tergerus dengan pekerjaan.

***

Dulu saat berhadapan dengan klien dari sebuah corporate, mereka mengagung-agungkan bahwa pekerjaan mereka asik dan bisa tetap seimbang dalam membagi waktu. Begitu ditanya pulang jam berapa, mereka tidak bisa menjawab. Hanya muka yang terdiam dan mata kosong sebagai jawabannya.

***

Saya menulis ini mungkin sebagai bentuk refleksi kegiatan saya sekarang ini.

Kemudian bertanya, apakah benar ada yang namanya keseimbangan dalam hidup? Sejauh apa pekerjaan menyeret kita dan menggerus ‘family time’?

***

Hidup tuh ya gini ya. Punya tujuan, tapi ketika tujuan tersebut butuh pengorbanan yang besar – terutama mengorbankan ‘family time’, rasanya tujuan tersebut perlu di-desain ulang.

life-quotes-you-are-never-too-old-to-set-another-goal-or-to-dream-new-dream
Source: here

Kamu pernah mendesain ulang tujuan hidupmu?

Deva

One Word for 2015: EXPLORE

A few weeks ago I was having quite an interesting conversation with two friends in one of the coffee shops in Bandung. One of them is an avid traveler. Don’t ask what countries he has been to and how long he usually travels.

“We have a plan to visit Flores in the middle of this year,” I told C – let’s just call him that.

“Cool! For how long? A month?” he replied with a very enthusiastic tone.

Continue reading “One Word for 2015: EXPLORE”

Cerita di Balik Secangkir Kopi

“Lo di mana?”

Sebuah pertanyaan sangat singkat masuk di ponsel saya.

“Di rumah. Baru selesai ngerjain tugas. Kenapa?”

Saya pun membalasnya seketika.

“Ketemuan di Kafe Kita setengah jam lagi, bisa? Penting!”

“Oh, ok.”

Oke di kepala saya ketika itu adalah kesanggupan untuk menemani si pemberi pesan agar – paling tidak – ia bisa merasa lebih tenang, tapi kemudian saya berpikir, dari rumah ke Kafe Kita di Senayan 30 menit? Rasanya saya akan terlambat. Tapi ya sudah usaha saja dulu. Tutup laptop dan langsung pergi.

Continue reading “Cerita di Balik Secangkir Kopi”