Masya Allah ya Allah selalu punya cara untuk bicara dengan kita tentang hal-hal yang selama ini kita bingungkan, atau kita gundah-gulana-kan.
Jadi ceritanya begini:
Belakangan ini, aku selalu mempertanyakan hasil keputusan yang ingin ku ambil.
Bagaimana jika ini, jika itu, jika gagal, jika bla bla dan bla…
Tapi pagi ini masya Allah, Allah takdirkan saya bertemu dengan seorang karyawan perempuan, yang ‘secara tidak sengaja’ menyeberang bersama dengan saya.
Beliau lebih dulu tersenyum ke saya dan akhirnya sepanjang jalan menuju tempat kantor (ternyata kantor kami berjarak 1 blok) kami mengobrol. Beliau lebih banyak yang bertanya tentang tempat kerja saya yang mungkin bagi sebagian orang tidak biasa, karena berupa yayasan Islam namun kok bekerja layaknya karyawan pada umumnya.
Singkat cerita, beliau ternyata ingin hijrah dan butuh komunitas yang support niatnya.
Saya merasa: masya Allah ya, banyak sekali orang yang ingin punya komunitas yang baik, lantas mengapa kami yang di dalam ini tidak bersyukur?
Itu yang pertama.
Cerita kedua adalah saat saya harus menyampaikan kepada salah satu anggota tim tentang kemungkinan mutasi amanahnya. Saya kira akan berlangsung dramatis, tapi ternyata masya Allah, Allah gerakkan hatinya untuk memberikan banyak hikmah ke saya.
Betapa bersyukurnya ia bisa ada di Yayasan ini dan keberkahan rejekinya yang belum pernah ia temui selama ini.
Berkah, bukan hanya tentang jumlah, namun ‘content’ dari rejeki itu sendiri.
Justru di diskusi kami tadi, saya yang banyak belajar dari sosoknya.
***
Kadang memang kita perlu mendudukkan hati agar dapat melihat segala sesuatu dengan lebih jernih.
Dan niat memang harus secara intens diluruskan, kembali lagi kepada ‘kejar berkahNya Allah, kejar ridhoNya Allah’.
Bismillah
Ladeva