Banyak orang yang sering mengerenyutkan dahi tiap kali saya berinisiatif ingin pergi ke sebuah tempat hanya untuk jalan-jalan. Tempat, yang dirasa orang “Ya ampun…ngapain sih jauh-jauh? Kayak di Jakarta gak ada aja,” misalnya jika saya bilang saya ingin mencicipi makanan Empal Gentong di Cirebon.
Atau,
“Naik gunung itu capek! Gak mau di rumah aja?” misalnya tiap kali saya bilang ingin ikut naik gunung.
Atau bahkan gelengan kepala dan muka keheranan jika saya bilang, “Mau snorkling aja di sana”.
Dan saya masih ingat sekali reaksi orang rumah begitu saya pulang dari Makassar selama 2 minggu dengan kulit yang hitam legam. Jangan tanya berapa besar pupil mata mereka saat melihat saya ketika itu.
Tapi tidak akan ada yang keheranan jika tiba-tiba saya harus ke Ende selama 2 minggu, lalu lanjut ke Surabaya naik mobil rental demi tiba tepat waktu ke Trenggalek atau daerah sekitarnya karena semuanya paham itu untuk bekerja.
***
Tiba-tiba pikiran saya kembali ke beberapa tahun silam, saat pertama kali membaca e-booknya Pandji Pragiwaksono yang berjudul Nasional.isme. Di salah satu halaman buku tersebut, Pandji menulis bahwa (lebih kurang) sebenarnya tiap orang bisa menumbuhkan nasionalismenya dengan sesekali pergi ke daerah-daerah di pelosok Indonesia. Tidak melulu untuk berjalan-jalan. Bahkan jika dapat kesempatan untuk bekerja di luar kota, kita bisa mengeksplorasi daerah tersebut. Pasti muncul rasa bangga terhadap Indonesia karena kekayaan alamnya.
Di salah satu postingan saya yang ini, Audris nanya saya kerja apa sehingga bisa mendapat kesempatan jalan-jalan. Saya kerja biasa aja kok, tapi memang ketika itu harus berhubungan dengan masyarakat di desa. Dan sebenarnya jika ingin berjalan-jalan gak musti mahal. Setiap orang punya preferensinya masing-masing. Yang pasti, jika ingin gratis, ya berarti paling gak kita punya keahlian tertentu di sebuah bidang sehingga dapat dipercaya orang.
Lantas, kenapa suka traveling?
Karena dengan traveling saya bisa bertemu dengan beragam orang dari berbagai suku, budaya, serta agama. Pandangan terhadap hidup juga (mudah-mudahan) bisa semakin luas. Dunia sudah diciptakan sedemikian luasnya, sayang banget kalau tidak dijelajahi. Mau tujuannya dekat atau jauh, itu hanya tentang jarak. Yang membuat sebuah perjalanan menjadi berharga adalah sejauh apa kita mau membuka mata, telinga, dan hati untuk menerima perbedaan di dunia ini.
Terus selama traveling, dapat apa aja?
Dapat banyak pengalaman dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa, Kak. 😀
Wah kalau tentang pengalaman spiritual dan batiniah (halah) gak usah ditulis deh, kayaknya sedikit abstrak juga untuk ditulis.

Misalnya, saya belajar bahwa di Manado ada seorang bapak dari agama yang berbeda dengan saya, yang bersedia membantu saya mencari makanan halal dari Tomohon hingga turun ke kota Manado-nya. Setiap rumah makan ia cek apakah halal atau haram. Jika ada yang haram dia larang saya untuk ke sana. Dan dengan jujur bilang, “Itu roti ada rumnya. Kau tak bisa makan itu.” 🙂
Tak terhitung berapa banyak teman-teman baru yang saya dapatkan setiap kali melakukan perjalanan. Mereka tidak sungkan untuk menjalin hubungan pertemanan bahkan hingga urusan pekerjaan.
Contohnya seperti seorang teman yang bertemu di Ubud. Hanya berkenalan sebentar, kemudian dilanjutkan dengan chatting via Facebook dan dia pun meminta CV saya. Sejak itu hingga sekarang, kami masih bekerjasama melakukan beberapa pekerjaan freelance.
Dan rasanya jika uang yang ditabung ternyata bisa memenuhi impian berjalan-jalan ke sebuah tempat, itu menyenangkan sekali.
***
Jika saya tidak suka melakukan perjalanan, saya gak tau akan jadi seperti apa saat ini. 🙂
Kalau kamu, kenapa traveling?
R.I
Ah, aku suka sekali sama tulisan ini 🙂
Bagus mba! 🙂
LikeLike
Mamacih Lia. Aku suka theme blogmu. Elegan banget. 🙂
LikeLike
Makasih mba Deva 🙂
LikeLiked by 1 person
Setuju banget dengan quotenya. Aku suka traveling karena perjalanan itu memperkaya wawasanku, seringkali menyadarkan secara spiritual jadinya lebih appreciative terhadap hidup.
LikeLike
Nah itu dia! Hal yang rasanya gak bisa aku dapatkan dengan hanya ada di rumah.
LikeLiked by 1 person
Fully agree Dev!!
LikeLike
Ayolah kita traveling bareng, Mbak. #macembeneraja x)))
LikeLiked by 1 person
Sapa takut! *saya sih asal suami ijinin wkakakakakak*
LikeLiked by 1 person
Sik asik! 😀
LikeLiked by 1 person
Until now I still can’t describe myself as a traveling person. Tapi paham banget kok kenapa orang suka traveling. Karena gw suka baca cerita mereka. Nasionalisme gw bakal jauh lebih kuat kalo gw traveling juga pastinya ya Dev.
LikeLiked by 1 person
Nah pas nulis bagian “nasionalisme” aku maju-mundur, hehee…karena takut ada yang salah kaprah, salah tangkap maksudku. Bukan berarti orang yg gak suka traveling, tingkat nasionalismenya rendah. Semoga gak ada yang salah paham *doa sendiri*
LikeLike
Hehehehe. Kerasa kok Deva… InsyaAllah sih gak ada kok yang salah paham 😀
LikeLike
*meni pedi*
LikeLike
suka traveling karena pasti dapet sesuatu yang baru. yang wujudnya macem2 ya. pengalaman, teman, pelajaran hidup dan banyak lagi. meskipun suka jalan2 hore gini, tapi aku ga suka travel snob, Dev. semua orang kan punya prioritas dan kesukaan sendiri2 ya.. *lah curhat 😀 😀
LikeLike
Iya, San. Preferensi jalan-jalan tiap orang berbeza *halah*
Udah gak jamannya lagi lah ngeributin ransel atau koper. Yang penting senyamannya aja. 🙂
LikeLike
aku suka sama quote-nya Deva,,,,,
traveling itu beneran memperkaya dan jadi lebih mengenal diri sendiri ya Dev 🙂
LikeLike
Yes but it depend on the travelers itself, Ira. Ini pendapatku sih. As long as we want to open our mind, eyes, and heart when we back from traveling we can get something. Tapi kalo cuma diam aja ya…don’t know.
LikeLiked by 1 person
that’s true Dev 🙂
LikeLike
Traveling sama dengan refreshing 🙂 dan paling seneng juga amatin kondisi sekitar
LikeLike
Biasanya paling suka ke mana, Mbak Puji? 🙂
LikeLike
Kemana kemana maksudnya Mba? Haha, ke pantai sih paling suka meskipun ga bisa berenang wkwkwwk
LikeLike
Enak yaaa ngeliatin pasir putih sambil duduk-duduk cantik di sana *aww*
LikeLike
Iya ☺️☺️
LikeLike
Kenapa suka traveling?
Karena kaki saya gatel kalo kelamaan ga jalan2…hahahaha
Ya tapi sekarang2 ini no traveling dulu lah…. banyak pos2 yg mau di isi..
LikeLike
Aku pun sama, Mbak Jo. Bulan ini kakiku udah gatel banget x)))
Tapi selalu hrs ada prioritas yg perlu dicheck list ya hahaha…
LikeLike
Kenapa suka traveling… karena dunia diciptakan buat dijelajahi! :hihi
Hihi, sebenarnya saya traveling karena ingin mendengar dunia bercerita. Dari desah anginnya, ringkih bangunan tuanya, dan tawa makmur masyarakatnya :hehe
Saya suka mendengar cerita alam dari debur ombak dan gemulai kabut di subuh yang mengasap, soalnya jarang ada yang mau mendengar ceritanya. Semua bicara tentang ekonomi :sedih
Tapi yang paling penting, saya pingin mengumpulkan jejak-jejak yang ditinggalkan orang-orang di dunia. Soalnya jejak kan yan pasti ditinggalkan orang di semua tempat di dunia ini :hehe
LikeLiked by 2 people
🙂
Setuju, Gara. Tiap semilir angin ada ceritanya tapi kita gak paham bahasa mereka *mendadak mellow*
LikeLiked by 1 person
Setuju Kak. Yang paling menarik dari traveling adalah excited kala kita bertemu tempat baru, suasana baru dan kawan-kawan baru…
LikeLiked by 1 person
Toss dulu ah, Kak Evi!
LikeLike
Awalnya aku “terjebak” di dunia per travellingan *haisshh istilahnya haha* untuk mengenal diri sendiri. Yaaa, dulu semacam masih bertanya ini itu tentang banyak hal. Setelah travelling, jadi terjawab satu persatu, dan bertambah pertanyaan lainnya haha. Bersyukurnya dapat kerja isinya jalan-jalan mulu, makin tersalurkan plus gratisan *penting ini. Sekarang dapat suami juga hobi kliteran.
Jadi buatku, sebuah perjalanan itu adalah tentang penemuan karena setiap pejalan akan bercerita tentang suatu hal yang tak pernah sama 🙂
LikeLiked by 1 person
Nice! Pertanyaan apa aja yg sekarang sudah terjawab, Mbak? 😀
LikeLike
pertanyaan sudah makan apa belum hihihi :p
LikeLike
Hahaha…
LikeLike
Sebenarnya kita semua ini traveler yang mencari sesuatu di hidup kita masing-masing. Seperti setiap bukunya Dee, kisah pencarian diri macam2. Traveling menemukannya itu yang penting.
Suka artikelnya Dev. Makna traveling darimu ini keren… seperti yang gw bilang di chat, paling suka baca yang iTalk. Jarang traveler yang mengetengahkan ini.
LikeLike
Setuju Ryan! Aku lupa masukin kata2 itu bahwa sebenarnya kita ini adalah para pejalan. 🙂
Semogaaaa aku selalu punya bahan tulisan untuk iTalk and iLearn ya x))
LikeLiked by 1 person
Eh jgn jadi pressure ya Dev. Yang kira2 nyaman utkmu aja yang km share.
LikeLike
Hahaha gak lah…knp hrs jadi pressure :’)
LikeLiked by 1 person
Sapa tahu. Eh Dev. Nama pembicaranya sapa. Lupa ane.
LikeLike
Ollie Salsabeela, Ryan.
LikeLiked by 1 person
Karena suka aja, gak ada alasan lain kayaknya hehe
LikeLike
Kita memang gak perlu 1000 alasan untuk menyukai sesuatu sih ya Mbak Non…
LikeLike
Jalan2ku yg ke desa2 di pulau jawa dan di luar pulau jawa kebanyakan krn baksos.. Soalnya klo di luar dr itu susah dpt ijin ortunya, hahaha.. TT
LikeLike
Mama mana Mama x)))
LikeLike
Setuju Dev. Dunia ini luas banget ya. Sayang sekali rasanya kalau kesempatan untuk melihat dunia dilewatkan 🙂 .
LikeLike
Iyaaa dan aku masih sedikiiiit banget ngejelajah
LikeLike
Perasaan paling “wah” adalah,ketika ada obrolan orang,tulisan,foto, atau bahkan tayangan tv dll, yang ngomongin tempat yang alhamdulillah pernah saya singgahi, itu rasanya ….wooooooooooooooooow deh (“o” nya banyak),apalagi kalau kesananya berkat usaha sendiri. it’s……………. *spechless
LikeLike
Rasanya pengin bilang ke semua orang “EH DULU SAYA KE SANA LHOOO!”
X))))
Rasanya asik ya klo udah nabung terus bisa pergi ke daerah inceran, Bay.
LikeLike
Traveling yuk!
Kenapa suka traveling? Ya suka aja. Traveling itu nyandu, baru pulang dari satu tempat udah ngayal pengen ke tempat lain hehe
LikeLike
Nyandu banget tapi candunya mahal x)) Harus irit dulu baru bisa beli candunya. Hahahaa…
LikeLike
Iyaaa, kalo pas lagi sakau pengen jalan-jalan tapi gak punya duit itu berat banget hiks
LikeLike
Makanya ituh! x)))
*sebar CV*
LikeLike
Sedih kan yaaa, walaupun di hemat-hemat tetep aja kalo jalan-jalan butuh duit, sungguh hobi yang sangat mahal haha..
*ambil CV & interpiu
LikeLike
Iya, tapi usaha irit kita kadang masih suka dinyinyir-nyinyirin orang, kak. *curhat abis*
LikeLike
Gpp ngirit yang penting bisa jalan-jalan hehehehe
LikeLike
Tutup mata aja ya sama barang bagus di mall 😛
LikeLike
Gak mempan kalo jalan-jalan ke mall liat barang bagus, lebih gak tahan liat promo tiket hehehe
LikeLike
Ah bener juga! 😀
LikeLike
karena sejatinya hidup adalah perjalanan *tsaah*
pengen bisa travelling, tapi belum nemu waktu yang pas mbak…apalagi buat biayanya *ini yg paling penting* hihi
LikeLike
Jadi inget ada tulisan ini: https://fourwomentravelers.wordpress.com/2015/01/07/5-tips-atur-uang-untuk-travelling/
Mungkin bisa jadi bahan info untuk atur uang agar bisa traveling. 🙂
LikeLiked by 1 person
langsung ke tkp, makasih bak 🙂
LikeLike
Masama 🙂
LikeLike
diriku ndak seperti orang2 yang hobi travelling.. tapi kuyakin bahwa travelling itu menyenangkan dan banyak hal yang bisa didapat dari sana.
aq termasuk orang yang “dipingit” dari kecil jadi gak pernah bisa keluar Surabaya sendirian. walopun udah tuwir gini tetep lah kudu ada seseorang yang mendampingi. pengalaman gilaku keluar surabaya sendirian itu ke semarang ama jakarta. sendirian lho… dan seru! bisa kenal banyak orang dengan berbagai karakter itu menyenangkan. mengenal budaya/kebiasaan orang setempat juga.
sesungguhnya, daku ingin banget blusukan kota-kota tapi apa daya.. keadaan tidak memungkinkan kalau aku berangkat sendiri. apalagi blusukan gunung-hutan (dimana dari dulu kuimpikan). kalau orang cina bilang, diriku ini ada jiongnya kalo blusukan gunung-hutan.. hahahahaa XD
LikeLike
Huooo jiong itu “nasib buruk”?
Aku pun waktu kecil juga gak boleh kemana-mana, bahkan sampai kuliah (beberapa tahun lalu) aku gak boleh nginep di rumah teman. Tapi sejak kerja udah mulai longgar sampai kayak sekarang. 🙂
Intinya menurutku, nyoba menanam kepercayaan ke orang-orang yang peduli sama kita. 🙂
LikeLike
iyap.. bad luck.. bukan perkara kepercayaan thd ortu sih ya.. tapi ternyataaaa!!! diriku memiliki aura yang mudah untuk didekati oleh yang tak kasat mata. jadi takutnya kalo pergi ke gunung/hutan bakalan tersesat atau bawa oleh2.. dimana aq bru tau itu setelah bapak meninggal -__-
jadi pantes almarhum bapak melarang keras aq keluar dari Surabaya sendirian… walo skg dah nikah, larangan tetap berlaku karena suami dipesenin ama almarhum.. yah nasib dah XD
LikeLike
Huaaa…jadi bener-bener menjaga diri ya, Mbak…
LikeLike
ho oh..
terlebih diriku ada sifat “adventurous” gituh jadi dri awal almarhum udah wanti2. dulu pernah mau berangkat ke bromo ama temen-temen langsung almarhum bilang “monggo kalo mau berangkat. tapi jangan salahkan papa kalau nantinya ada apa-apa”…
gw kan jadi serem…
LikeLike
Ya Allah…beneran?
Tapi…kalau misalnya nih belum menikah, terus kalau mau pergi-pergi gimana?
LikeLike
beneran.. asli.. padahal Surabaya-Bromo deket kan? cuman 4 jam palingan kalo lancar..
kalo lom nikah sih.. palingan juga gak pergi.. entah ya, seperti ada yang ngelarang kalo macem2 keluar dari Surabaya. harus ada pendampingnya.
pernah dulu aku ke Taman Nasional ama dosen fotografiku. sebelum diijinin, papaku ngomong ama dosenku lho! untungnya dosenku punya kemampuan lebih dan tau. jadi setiap hunting ke taman nasional/gunung/hutan ama dosenku, sebelum masuk kesana selalu dipageri dulu. hahaha.. repot yah…
LikeLike
Wow…!
Terus ampe sekarang Mbak Titut selalu patuh?
LikeLike
iya XD daripada daripada.. mendingan nurut.. dulu pernah nggak nurut dan.. kecelakaan .__.
LikeLike
Innalillahi…
Aku speechless baca cerita Mbak Tutut.
LikeLike
Makanya kalo gak boleh skg mendingan nurut.. walo banyak ngeyelnya juga hahaha.. tapi klo dh keluar omongan “terserah wes klo emang mau pergi. Tapi aq gk mau tanggung klo ada apa2 ntar di jalan”..
LikeLike
Kalau udah dibilangin gitu, nelen ludah aja ya Mbak Tutut. 🙂
Mengalah daripada ada yang buruk terjadi ya…
LikeLike
*manggut2*
LikeLike
Travelling adalah pencarian jati diri bagaimana melihat alam, budaya dan segala sesuatu yang berbeda dari lingkungan kita. dengan travelling kita akan mengetahui banyak hal yang kadang kadang tak disangka-sangka. kegetiran, keniscayaan dan kebahagiaan dapat kita jumpai.
LikeLike
🙂
Setuju dan mungkin bisa jadi lebih bersyukur menjadi diri sendiri.
LikeLike
Dulu travelling karena liburan, setelah kerja rasanya wajib buat travelling….. Sekarang? Semua perjalanan hrs disesuaikan dgn kesukaan suami dan anak2 juga….. Duh jadi kangen masa lalu
LikeLike
Iya Mbak Yayang, kalau sudah menikah prioritas harus dilist… 🙂
LikeLike
karena traveling bisa bikin kaya, kaya pengalaman yang nggak bisa dibeli pake uang sekalipun 🙂
LikeLike
Setuju! Meski gak bisa dibeli pake uang tapi untuk jalan-jalan butuh uang x)))
LikeLike
Kenapa traveling? Biar buka mata, buka hati, biar pikiran enggak cupet. Konon ada peribahasa that the world is an open book and those who do not travel only read one page. Begitchu…
LikeLike
Kemarin mau nulis kutipan itu, Mbak Eva tapi…aku takut dinyinyirin sama yang gak traveling
LikeLike
prioritas kehidupan orang beda-beda sih yah, ada yg lebih prefer saving demi punya luxurious cars, big villas, etc. Ada juga yang lebih prefer uangnya dsimpan demi bisa traveling ke tempat yang belum pernah dikunjungi selama hidupnya.
Apapun pilihan mereka ada baiknya untuk saling dihargai 🙂
***
Terbang Dengan Balon Udara Menikmati Kota Cappadocia
LikeLike
Karena dengan melakukan traveling akan selalu ada pelajaran hidup, Mbak.. 😛 *sok banget kata-katanya* *digebuk ransel*
LikeLike
Aih gaya! xD
LikeLike
traveling itu menguji keberanian kita, membuat kita harus mau nggak mau keluar dari zona nyaman. that’s why I love traveling
LikeLike
Setuju kalo Traveling itu meningkatkan rasa nasionalime, tapi ini dalam konstek stravelling dalam negri. Tapi kalo travelling nya tidak terbatas dalam negri, itu lebih ke arah menikmati karunia dan keindahan ciptaan Allah, refreshing, mencari pengalaman dan wawasan baru.
LikeLike
Nah ini dia. Setuju jugak.😀
LikeLike