Meski terjadi hampir setahun lalu, namun biidznillah ingatan tentang datangnya undangan itu tiba masih terekam jelas di memoriku.
Jam 2.30 dini hari.
Memang sudah menjadi kebiasaan beliau terjaga di jam-jam tersebut namun tidak seperti biasanya, beliau langsung mengecek HP dan membangunkanku. “Kita umroh sayang, kita umroh!!!”
Aku yang baru terjaga, seketika langsung memeluk Suami dan kami pun menangis.
Masyaa Allah jalan cerita terpanggilnya kami umroh sebenarnya berawal dari beberapa hari sebelum kejadian tersebut.
Saat seorang sahabat tetiba mengirimkan pesan mengajak untuk umroh dan siap membantu untuk uang muka pemesanan paket umroh. Hal yang mengagetkan luar biasa buatku karena biaya berangkat umroh itu tidak murah dan ini sifatnya serius lho…
Sesayang itukah ia ke aku sampai rela memberikan hutang dengan jumlah besar tanpa termin pembayaran hanya karena ingin umroh bersama…aku?
Aku pun langsung menyampaikan cerita ini ke Suami namun prinsip dariku, tidak mau berangkat umroh/ haji, dengan berhutang. Umroh itu ibadah sunnah, haji ibadah wajib – bagi yang mampu. Sehingga tidak ada urgensi untuk berhutang demi kedua ibadah tersebut. Pikirku.
Suami, yang memang lebih dulu hatinya terpanggil untuk berumroh, memutuskan untuk meminta pendapat Ustadznya. Dan Ustadz pun menyampaikan jawaban yang senada dengan prinsipku. Dengan pelan-pelan ku jelaskan situasi ini ke sahabatku dan alhamdulillah biidznillah ia dapat memahaminya.
Ini hanya jelang 2-3 hari sampai akhirnya dini hari Suamiku mengajakku umroh.
MasyaaAllah tabarakallahu…
Saat tetiba projek Suami memberikan nilai yang cukup untuk kami umroh, kami pun segera daftar ke sebuah travel agent umroh dan haji khusus di Jakarta. Sebuah tempat, yang akhirnya menjadi ladang amal dan sholih, serta berkarya aku beberapa bulan kemudian. Untuk hal ini, lain waktu akan aku tuliskan di sini insyaa Allah 🙂

Dari rentetan cerita ‘sederhana’ ini – aku semakin yakin bahwa Allah lah pembuat skenario terbaik dan jika memang sudah Allah undang, pasti akan terjadi, bagaimanapun prosesnya.
Aku sampai detik ini, sungguh bersyukur. Semoga para pembaca juga Allah undang menikmati jamuannya di Baitullah. 🙂
Ladeva






Leave a reply to Tjetje Cancel reply