Seorang teman pernah berkata, “Hal yang sering bikin kita patah itu karena perasaan “merasa” dan “keakuan”. Padahal itu asumsi, penilaian kita semata. Faktanya kita tidak memiliki peran sebesar itu kok sampai perlu mengatakan “aku merasa udah all out, dsb” atau “aku merasa udah maafin tapi, dsb””.
Padahal yang perlu kita lakukan sesederhana: lakukan dan lupakan.
Iya, tidak mudah. Tapi perlu terus dilatih. Semisal kita melihat tim junior ternyata sudah bisa berlari kencang, kita harus support. Bukan merasa tersaingi. Atau jika ada seseorang yang meninggalkan kita setelah semua support diberikan, ya lupakan saja. Introspeksi kenapa hal itu bisa terjadi, namun bukan berarti menyalahkan diri sendiri atau orang lain.
Nilailah segala sesuatu seproporsional mungkin. Tidak kurang tidak lebih. Mendewasa dalam menilai, bijak dalam bersikap.
Pelan-pelan ya kita bertumbuh dalam pikiran, perasaan dan tindakan.
Ladeva
makasi Mbak Deva sudah diingatkan kembali soal ini!
LikeLike
Couldn’t agree more
LikeLike