Disclaimer: Tulisan ini merupakan tulisan lama yang saya edit sedikit dari blog sebelumnya.

Akhirnya, setelah melewati perjalanan selama lebih kurang 3 jam melalui udara, saya dan tim tiba di Manado pukul 9.30 WITA (artinya 8.30 WIB). Kami berangkat dari Jakarta tepat pukul 05.00 subuh. Tiada snack dari maskapai penerbangan membuat kami lapar, tentu saja, 3 jam tanpa asupan makanan. Oleh karena itu, setiba kami di Manado, sopir kami, yang sudah kami pesan 1 hari sebelumnya, mengantarkan kami ke sebuah restoran, yang katanya, menjual bubur Manado paling enak di Manado. Yummmy…kami pun tergoda.

Selama perjalanan, Pak Stevi (nama sopir kami) langsung bercerita mengenai Manado, keistimewaan dan kebanggaannya terhadap kota ini. Saat ia bercerita, saya pun langsung melahap semua pemandangan yang ada di depan mata. Bersih adalah kata yang paling tepat, menurut saya, untuk mengungkapkan kota Manado di awal perjalanan ini. Tiada sampah. Bersih. Beda dengan Jakarta. Manado tidak bising. Manado tidak hiruk pikuk, mungkin tahun lalu, Manado pikuk dengan segala persiapan World Ocean Summit. Selain itu, saya berpendapat bahwa Manado merupakan kota religius. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah gereja yang, (lagi…lagi) menurut saya, buanyuak sekali, dengan segala jenis ajaran Kristen. Yang saya baca di papan nama gereja, ada gereja Advent, Pantekosta, Katolik, Prostestan, dan aliran lainnya yang saya tidak saya ingat. Saya pun iseng menghitung jumlah gereja sejak saya keluar dari Bandara Sam Ratulangi hingga ke restoran “terenak” yang menjual Bubur Manado, jumlahnya 7 gereja. Jarak antar 1 gereja ke gereja lainnya pun tidak jauh, bahkan ada yang berhadap-hadapan. Analisa sederhana saya, penduduk mayoritas Manado beragama Nasrani. Hal ini mengingatkan saya dengan Kupang, yang penduduknya juga mayoritas Nasrani, tapi (seingat saya) jumlah gereja di Kupang tidak sebanyak di Manado.

Lima belas menit, kami habiskan di perjalanan sambil menahan lapar dan sungguh menantikan kelezatan bubur Manado. Setibanya kami di restoran, kami langsung memesan bubur Manado dan ayam mentega. Selama menunggu, Pak Stevi menjelaskan tiga jenis sambal Manado yang ada di meja kami. Menurut penjelasannya, orang Manado sangat suka pedas jadi hati-hati makan di Manado jika tidak bisa makan pedas. Saya, asli Padang, yakin bahwa saya bisa melahap makanan Manado, toh orang Padang juga suka pedas. Tidak lama, bubur kami pun tiba. Saya kaget luar biasa.

Muka ngantuk, lapar, dan kaget. :D
Muka ngantuk, lapar, dan kaget. 😀

Inilah akibat orang yang tidak suka mencari tahu makanan yang baru di luar Jakarta. Bubur Manado, bukan sekedar bubur. Bubur Manado adalah makanan yang terbuat dari sedikit nasi (benar-benar sedikit nasi…) yang sudah “lembek” tapi tidak selembek bubur biasanya, berkuah dan isi utama makanan ini adalah daun kemangi yang banyaaaaak sekali. Saya belum pernah makan daun kemangi sebanyak ini! Serius! Saya pun memberanikan diri makan bubur ini menggunakan sambal yang paling pedas di meja kami. Mmmm…tidak pedas. Tambah lagi sambalnya. Tidak pedas. Baiklah, saat itu saya yakin bahwa kepedasan masakan Manado masih bisa ditoleransi dengan lidah saya.

Makanan kami pun habis. Kami berkeringat tapiiii kami masih lapar (hahaha…yah porsi bubur ini belum mengenyangkan perut kami). Akhirnya kami berencana untuk istirahat sebentar di hotel dan kumpul lagi saat akan makan siang.

***

Ting….tong…waktu makan siang pun datang. Kami memutuskan untuk berkeliling Manado, mengingat tugas baru akan dikerjakan esok hari. Kami pun menuju Tondano. Di tengah perjalanan, kami melewati komplek perumahan Citraland, pemiliknya siapa lagi kalau bukan Ciputra. Komplek rumah yang mewah dan banyak patungnya. Salah satu patung di komplek itu adalah patung Yesus yang sangat tinggi. Belum pernah saya lihat di tempat lain. Dan di samping kiri belakang patung itu terlihat gunung tertinggi di Sulawesi Utara, Gunung Mamesa. Ketua tim saya, yang seorang Youtub-ers pun langung berinisiatif membuat video singkat mengenai patung ini. Setelah berfoto-foto kami pun melanjutkan perjalanan.

Tujuan kami selanjutnya adalah ke Desa Kombi. Pemandangan menarik di Kombi adalah banyaknya cengkeh yang sedang dijemur. Kata Pak Stevi, saat ini penduduk sedang panen cengkeh. Akhirnya ketua tim dan Pak Stevi pun bercerita tentang sejarah rempah-rempah, terutama cengkeh, di Manado yang harganya pernah sangat mahal di Era Orde Baru.

Kami pun singgah di sebuah rumah makan kecil, milik penduduk asli Manado, sukunya Minahasa. Kami memesan nasi kuning. Lagi…lagi dalam pikiran saya, yang mempunyai sedikit referensi makanan Indonesia, berpikir nasi kuning adalah nasi yang ada di Jakarta, yang biasa dimakan jika ada acara khusus. Ternyata oh ternyata, nasi kuning Manado beda dengan yang di Jakarta. Nasinya memang kuning. Lauknya terdiri dari ikan cakalang yang sudah disuwir halus, telur rebus, sambal (yang saya pikir sebelumnya tidak pedas), dan tempe. Saya pun makan dengan lahapnya menggunakan sambal, dan…pedas luar biasa! Nasi memang habis tapi tanpa menggunakan sambal! Menyerah!

Setelah menghabiskan makanan, perjalanan kami pun dilanjutkan ke Bukit Doa. Saya sendiri tidak mendapatkan penjelasan banyak mengenai tempat ini. Masuk ke sini, harus bayar. Pak Stevi hanya menjelaskan bahwa tempat ini biasa digunakan untuk outbond dan retreat. Katanya lagi, tempat ini layaknya Puncak Bogor. Mmm…yang saya rasakan, dingin, meskipun tadi di Manado panas. Tempat ini banyak pohon, kita dapat melihat Manado keseluruhan, dan ada beberapa orang yang sedang persiapan outbond.

Bukit Doa
Bukit Doa

Karena ketua tim saya harus bertemu dengan teman lamanya, kami pun menuju ke Gardenia di Tomohon. Sebuah penginapan mahal, yang katanya Pak Stevi (lagi…) biaya penginapan di sini Rp 1 juta/ malam. Kebanyakan ekspatriat yang menginap. Tentu saja, kami tidak berniat menginap di sini tapi kami hanya akan makan malam. Jangan tanya pemandangannya, luar biasa indah! Bunga-bunga yang tertata rapi dan ada papan nama di masing-masing bunga. (Kata Pak Stevi lagi…) Tomohon terkenal dengan bunga-bunganya yang indah. Saya percaya. Bunga-bunga tersebut indah sekali.

Flower

Flower-2

Meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIT, perjalanan kami belumlah selesai. Kami pun harus bertemu klien dan makan malam dengannya. Akhirnya kami makan malam di sebuah restoran yang besar dan menjual makanan laut yang masih hidup, kami bisa memilih dengan sesuka hati bahan baku dan pengolahannya. Kami pun memesan udang, ikan, cumi-cumi dan kangkung (yang beda dengan kangkung di Jakarta. Di sini kangkungnya besar dan segarrrr banget). Makan kami, lahap!

Yummy!

***

Setelah mempubish ulang tulisan ini, kok ya jadi pengin makan sea food di Manado lagi ya? 😀

Oh ya, tahukah kamu bahwa di Manado ada joke yang sering dilempar masyarakat setempat, yaitu:

“Di Manado, apapun pasti dimakan! Kelelawar pun kami makan. Kaki empat semuanya kami makan, kecuali kaki meja.” 😀

R.I

43 responses to “iTravel: Mataku Melihat Manado di 2010”

  1. Ryan Avatar

    Apa? Deva makan kalelawar dan meja?

    Kurang Dev. Masa foto nasi kuningnya gak ada?

    Pernah nemenin seseorg makan. Dia asli Manado. Di sini katanya kurang pedes makanannya. Trsmk yang pakai nama resto Manado.

    Like

    1. ranselijo Avatar

      Aku gak makan kelelawar, Ryan. Serem banget. 😀
      Nasi kuningnya ada jugaaaa pake ikan cakalang. Yummy! *jadi ngeces* Klo dibandingkan Manado, pedesnya Jakarta jauh ya…asli di sono, makanannya pedes2 banget. Suka!

      Liked by 1 person

      1. Ryan Avatar

        Untung sudah makan, jadi gak terlalu ngiler. Walau hanya dengan nasi yang mengebul dan jamur tepung pakai saos. hahaha.
        Gimana ya kalau saya ke sana ya? gak tahan sama makanan.

        Like

      2. ranselijo Avatar

        Huaaaaa dibahas lagi jamurnya!

        Pasti kamu gak tahan Yan klo di sana, enak-enak makanannya. Tapi kamu pan vegie ya…

        Like

      3. Ryan Avatar

        Gak vegie kok. Hahahahaha.
        Cm gak tahan pedesnya. Hehe

        Like

      4. ranselijo Avatar

        Gampang Yan, ntar tinggal minum banyak 😀

        Like

      5. Ryan Avatar

        Bukan nikmatin makanannya dong hahaha

        Like

      6. ranselijo Avatar

        Nikmatin dong. Abis itu tinggal minum banyak.

        Liked by 1 person

      7. Ryan Avatar

        Hahahahaha

        Like

      8. nyonyasepatu Avatar

        huaaa ikan cakalang, udah lama banget gak pernah makan huhu

        Like

      9. ranselijo Avatar

        Sama kayak ikan tongkol kan ya Mbak?

        Like

  2. santi Avatar

    Temen aku madu bulan di sana, liat fotonya cakeeeeep cakeeeep. Trus aku pengen ke sana gitu dev. Iya emang anaknya pengenan 😀

    Like

    1. ranselijo Avatar

      Hahahaha…waktu di Bukit Doa, ada yang lagi prewed. 😀

      Like

  3. Gara Avatar
    Gara

    Penasaran dengan pedas makanannya: sepedas apa jika dibandingkan dengan di Lombok?
    Ah, dulu saya ada teman dari kota bunga Tomohon itu, dulu bertemu di sebuah event di Makassar. Sayang saya tidak meminta kontaknya: bahkan namanya pun sudah lupa (loh kok malah curhat). Tapi saya ingat ceritanya kalau Tomohon adalah kota bunga! Festival bunga tahunan di sana spektakuler sekali :)).
    Pertamanya saya kira Bukit Doa itu bukan yang ada 5 tempat ibadah sesuai agama masing-masing itu, tapi ternyata bukan :hehe…
    Catatan perjalanan yang begitu berkesan! Kapan ke Manado lagi, Mbak? :hihi.

    Like

    1. ranselijo Avatar

      Mmm…aku gak yakin klo Bukit Doa ada 5 tempat ibadah, yang pasti di Bukit Doa sering dijadikan tempat retreat gitu. Ttg Tomohon, iya bangeeeet! Setiap tahun ada festival bunga tahunan. Raya banget! 😀

      Btw, makanan khas Lombok apa aja, Gara?

      Like

      1. Gara Avatar
        Gara

        Di mana ya, kalau begitu… *wandering*
        Tomohon memang keren, semoga suatu hari nanti bisa ke sana.
        Makanan khas Lombok? Banyak. Plecing Kangkung, Bebalung, Nasi Balap, Nasi Puyung, Ayam Taliwang, Beberuk, Sate Belayag, Sate Rembiga, dan masih banyak lagi makanan yang saya lupakan (Tain Lale, misalnya) :hehe.

        Like

      2. ranselijo Avatar

        Aaah Plecing Kangkung itu asli Lombok? Enak dan aku suka!
        Aamiin semoga bisa ke Tomohon. Doakan aku agar bisa ke Lombok 😀

        Like

      3. Gara Avatar
        Gara

        Yap, asli. Tapi saya kalau makan plecing biasanya tanpa kangkung Mbak :haha.
        Tapi memang kangkung Lombok terkenal nikmatnya, sih :tebarracun.

        Yep, amin! Ayo ke Lombok! Sumbawa sekalian Mbak, tahun ini 200 tahun setelah Tambora meletus pada April 1815!

        Like

      4. ranselijo Avatar

        Aku merinding ttg meletusnya Tambora. Semoga ada rejeki ke sana.

        Liked by 1 person

      5. Gara Avatar
        Gara

        The Year Without Summer :waduh
        Amiiiin!

        Liked by 1 person

  4. Nadia Khaerunnisa Avatar

    Banyak kemanginya pasti wangi bangeeet 🙂 sukaaa…
    Kenapa bisa sampe bilang segala dimakan, Mbak? Ada ceritanyakah?

    Like

    1. ranselijo Avatar

      Ceritanya…
      Ya karena semua binatang emang dimakan di Manado, kayaknya. Coba baca komen di bawahnya Nadia deh. Mbak debagpacker kayaknya orang asli Manado. Dia nulis komen ttg joke khas Manado. 😀

      Like

      1. Nadia Khaerunnisa Avatar

        haaa… I see, didn’t see that coming haha
        Luar biasa juga ya 😕

        Like

  5. deBagpacker|PatriCia Avatar

    Ahhh… Jd pengen pulang Manado eiii…. Hikkss…
    Iya emang di Mdo semua di makan.. Bukan hanya kelelawar sj, bahkan *maaf* kucing dan tikus (sawah) pun di makan…
    Btw, joke yg lengkapnya seperti ini; semua yg kaki empat kami makan, kecuali kaki meja. Semua yg di dalam laut kami makan, kecuali kapal selam. Semua yg terbang kami makan, kecuali pesawat. Heheheeee 😄
    Eh btw salam kenal yaa… Udah komen blum salaman *ulurtangan*

    Like

    1. ranselijo Avatar

      Lengkap banget jokenya!

      *salaman* 😀

      Liked by 1 person

  6. zilko Avatar

    Aku belum pernah ke Manado Dev, hehehe 😀 . Kayaknya oke ya kotanya 😀 .

    Kalau bubur aku sejujurnya kurang suka bubur karena nasinya itu, haha 😀 .

    Like

    1. ranselijo Avatar

      Ho oh…waktu 2010 sih bersih ya Ko. Gak tau euy kalo sekarang.
      Zilko termasuk orang yang terlalu suka makan nasi ya? 😉

      Like

  7. NisadanChicco Avatar
    NisadanChicco

    Whoaaa makananya mantap2 Dev, tapi emang makanan manado tuh enak2 oedasnya buat nikmat!! 😃👍

    Like

    1. ranselijo Avatar

      Banget! Ke Dabu-Dabu apa kita? Eh, lagi di Oz ya, Nis. 😀

      Like

      1. NisadanChicco Avatar
        NisadanChicco

        Waktu pas natalan dirumah tanteku dia masak dabu2 gitu wuihhhh mayanlah ngibatin kangen makanan manado. Akunsuka smua makanan manado kecuali bubur manadonya Dev hueheheheh

        Like

      2. ranselijo Avatar

        Hooo I see. Duh ngeces ngebayangin dabu-dabu! Rasa bubur manado memang unik ya Nis 😀

        Like

  8. riemikan Avatar

    Dev, di Makassar juga lazim nasi kuning yang beda lagi sama nasi kuning Manado. Kemarin makan Tinutuan/bubur Manado di jalan Wakeke ya yang sepanjang jalan berderet warung Tinutuan? Seafood memang gak ada yang ngalahin di sana, makan dipinggir laut bakar2an. Coba ikan nike gak kemarin? Ini favoritku 😊

    Like

  9. dani Avatar

    Deev, seru banget sih jalan-jalannyaaa. Pengen banget deh ngerasain bubur manadonya. Gw pikir dulu sayurnya apaan, begitu tahu kalo itu kemangi langsung pengennn..

    Like

    1. dani Avatar

      btw suka banget sama ekspresi fotonya!

      Like

      1. ranselijo Avatar

        Percaya gak kalau itu belum tidur dan mandi dari Jakarta?

        Like

      2. dani Avatar

        Hah??? Percaya sih tapinya. Hahaha

        Like

      3. ranselijo Avatar

        XD

        Dasaaaar bang daniii….

        Like

    2. ranselijo Avatar

      Iya ya secara Bang Dani sukaaa banget sayur! 😀

      Like

  10. Allisa Yustica Krones Avatar

    Hahahaha….akhirnya ngerasain juga sambal manado yang asli pedasnya ya Dev 🙂

    Mudah2an segera bisa ke manado lagi yaaaa

    Like

    1. ranselijo Avatar

      Aamiin! Manado keren, Mbak Allisa!

      Like

  11. aqied Avatar

    Kaki mejaaaaa. Hahahahahaha
    Duh makanan manadoooo salah baca nih malam malam
    *lafar

    Like

  12. Beby Avatar

    Iss kan. Udangnya bikin ngiler, Mbaaaak.. 😦

    Tapi bubur Manado banyak daun gitu apa enak, Mbak? Soalnya aku ngga sukak daun kemangi. Hihihi 😛

    Like

    1. ranselijo Avatar

      Hahaha…enak kok buburnya tapi gak ngenyangin buat aku. *lirik perut*

      Like

Leave a reply to Beby Cancel reply

I’m Ladeva

“Hello, wonderful readers! 🌟

I’m so glad you’ve found your way here. Whether it’s your first visit or you’re returning, consider this a cozy little corner of the internet just for you. I hope you find joy, inspiration, and maybe even a smile or two as you scroll through today’s post. Grab a cup of your favorite drink, settle in, and let’s enjoy this moment together. Your presence here means the world to me—happy reading!

Let’s connect