HOW MUCH ENOUGH IS ENOUGH?

Pernah gak sih nanya hal tersebut ke diri sendiri?

Seberapa sih level cukupnya kita?

Apakah level cukupnya kita itu masih bisa kita gapai dengan mudah atau justru perlu dicapai dengan pengorbanan yang tidak sedikit?

Pertanyaan how much enough is enough belakangan ini sering saya tanyakan ke diri sendiri, bukan mencoba berfilosofis, tapi pertanyaan itu muncul seiring semakin banyak langkah kaki menuju ke kantor :’)

Iya, jarak rumah ke kantor yang semakin jauh, harus meninggalkan anak di rumah membuat saya berpikir “sebenarnya apa yang aku cari sampai harus seperti ini?”

Apakah cukup bagi saya bermakna, katakanlah – uang 500 juta di rekening?

Atau bahkan sekedar bisa meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga agar bisa masak dan merapikan rumah untuk mereka?

Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan ini, selain diri sendiri, bukan?

Eh tunggu, rasanya terlalu sombong ya jika hanya mengandalkan diri sendiri :’)

Ketika pertanyaan itu terlalu berat saya pikul beberapa waktu lalu, saya kembali diingatkan untuk melibatkan Allah dalam proses tafakur ini.

Bukan waktu sebentar, sampai akhirnya menemukan jawaban.

Benar bahwasanya ketika kita melibatkan Allah, jujur pada Allah maka inshaa Allah jalan keluar terbuka dengan sendirinya.

Satu hal yang aku pahami bahwa level cukup itu akan sangat sulit kita capai jika tidak diiringi dengan rasa syukur dan keimanan ke Allah.

Keimanan yang harus selalu ditanamkan dengan keyakinan bahwa Allah, Yang Maha Pengasih tidak mungkin membuat takdir buruk bagi umatNya dan meyakini firman Allah:

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
(QS. At Talaq: 2-3).

Dan bukankah juga sudah pernah tertulis di hadist  (HR. Tirmidzi no. 2344. Abu ‘Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih):

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada seekor burung, yang keluar pada pagi hari dalam keadaan lapar lalu sore harinya pulang dalam keadaan kenyang.”

Sehingga di satu hari, aku memutuskan batasan cukupku sembari terus berupaya untuk menjadi hambaNya yang bertaqwa. Sesulit apapun, selamban apapun. Insyaa Allah.

Ladeva

Leave a comment

I’m Ladeva

“Hello, wonderful readers! 🌟

I’m so glad you’ve found your way here. Whether it’s your first visit or you’re returning, consider this a cozy little corner of the internet just for you. I hope you find joy, inspiration, and maybe even a smile or two as you scroll through today’s post. Grab a cup of your favorite drink, settle in, and let’s enjoy this moment together. Your presence here means the world to me—happy reading!

Let’s connect