“Dev, kamu siap gak untuk terjun langsung ke Kupang for two weeks?”
“Hah?”
“Iya, saya tahu ini dadakan banget!”
“…”
10 minutes later, “Ok Pak, saya siap”.
Itu percakapan 6 tahun yang lalu. Februari 2009. Percakapan yang menjadi awal mula karir saya di kantor ini.
Saya masih ingat secara jelas bagaimana saya, bos, dan dua teman tim harus mengambil motor di sungai yang deras saat harus menyebrang ke sebuah desa di pedalaman Kupang, dekat sekali dengan perbatasan Timor Leste.
Atau pas jam 3 pagi harus ada di bandara -sering banget ada di bandara jam 3 pagi- -_-*
Atau saat harus melewati titian rapuh di Desa Simandulang, Tanjung Balai Asahan, Medan.
Ah…
Banyaklah cerita menyenangkan di kantor ini, yang sebagian besar karena tindakan dan kelakuan bos saya. Setiap teman yang tahu banget sepak terjang saya di kantor pasti selalu bilang, “Bos lo gak bisa ditransfer ke kantor gw aja ya?” Hahaha…
Di balik segala kesenangan ini, ada juga pengalaman berharga lainnya. Dulu, saya pernah melakukan proofreading yang tidak terlalu teliti sehingga ada satu kata yang salah. Klien marah-marah. Bos pun menyampaikan kemarahan itu ke saya. Sedih banget saat itu.
Ketika pulang, dia hanya bilang, “Dev, don’t take it personally. See you tomorrow!”
🙂
Bahkan ya kalau lagi weekend, terus ada pekerjaan yang harus dia share ke saya, pasti di awal emailnya ditulis permintaan maaf karena sudah ganggu waktu weekend saya. Pernah juga tuh lembur di hari Sabtu eh dikasih tiket bioskop 2 orang dan pastinya uang lembur lah ya.
Benar banget kalau ada yang bilang untuk betah di sebuah kantor, diperlukan seorang bos yang benar-benar bisa bikin nyaman karyawannya. Dan saya mengamini hal ini. Dia ingin sekali saya belajar banyak di kantor ini. Tidak takut jika saya pindah ke kantor lain asal itu lebih baik dari kantor ini. Percaya gak kalau dulu saya pernah dikasih cuti 6 bulan karena saya ingin terlibat di penelitian teman saya. Dulu minta ijinnya cuma 3 bulan tapi Bos saya bilang, “Come on Deva, kita sama-sama tahu kalau di lapangan, keadaan gak pasti. 6 bulan kamu saya ijinkan cuti.”
Yeap, he is my boss and always be!
Gak cuma tentang pekerjaan. He could be my friend if I need someone to talk to. Really!
Pernah ada sebuah momentum di mana saya perlu waktu lama menyelesaikan sesuatu, yang berimbas kepada frekuensi saya di kantor. Saya email panjang lebar dan dibalas singkat, “Let’s take a coffee, Dev”. Akhirnya kami ngopi berdua. And we talked as a friend. Baik bangetlah beliau ini.
***
Time flies so fast.
Saya merasa butuh udara segar setelah 6 tahun di tempat yang sama.
Email pengunduran diri pun saya kirim. Dibalas dengan nada yang santai sesantai-santainya dan dukungan penuh agar saya dapat berprestasi di tempat baru. Tapi ada satu kalimat dari beliau yang bikin saya tersenyum,
Saya juga tidak mau terlalu formalitas tetapi tolong membawa satu bungkus rendang mamamu di hari terakhir kerja.
🙂
Saya pun memenuhi janji itu beberapa hari lalu. Kayak drama queen bangetlah tapi pas saya menutup pintu ruangan, dia tersenyum. *lap air mata*
Bismillah…I am ready to open my new page.
See you when I see you, Boss!