Mulai Lagi Dari NOL…

Pernah gak sih ngomong hal itu ke diri sendiri, setelah muncul perasaan, “Kayaknya harusnya gak gini deh!” atau “Kayaknya aku salah deh!” atau jutaan kemungkinan perasaan yang timbul dari sebuah…penyesalan.

Jika pernah, ya gpp. Sama. :’)

“Mulai lagi dari nol” bukan berarti menganggap lembaran lama menjadi sebuah lembaran yang gak boleh dilihat sama sekali. Menurutku, dilihat sesekali saja, untuk diambil hikmahnya. Dan mungkin jika memang semua sudah stabil, akan ada senyum bahkan tawa yang muncul dari lembaran tersebut. Baby step ya, jangan terlalu ingin langsung berlari dengan luka.

“Mulai lagi dari nol” berarti menerima diri ini penuh dengan pelajaran dan kesalahan. Terima diri sendiri seapa adanya dan memaafkannya. Hidup masih terlalu panjang untuk dihentikan karena satu, dua, tiga kesalahan, bukan?

“Mulai lagi dari nol” juga menjadi sebuah bentuk pertaubatan kepada Sang Khalik. Seperti di atas, menerima semua kesalahan sebagai bagian dari perjalanan dan meyakini bahwa jika masih ada nafas dikandung badan, artinya Sang Khalik masih memberikan kesempatan untuk terus memperbaiki diri, mereset semuanya.

“Mulai lagi dari nol” juga mungkin menjadi jalan penerimaan bahwa semua rencana yang telah dirancang, ternyata tidak mampu terwujud.

Apapun makna yang terbesit di pikiran mengenai hal tersebut, semoga selalu ada keyakinan di hati bahwa hidup masih layak untuk dilanjutkan, selangkah demi selangkah, satu hembusan nafas per satu hembusan nafas.

Saat ini mungkin belum dapat memahami semuanya, tapi teruslah berjalan dengan keyakinan, sekecil apapun keyakinan itu kamu genggam. Serendah apapun harapanmu terhadap hidup. Teruslah berjalan.

Semoga di perjalananmu nanti, akan ada yang menemani langkah-langkah perjalananmu.

Di waktu yang tepat. 🙂

Deva

Baru Bismillah, Belum Alhamdulillah

Di tengah bisa “La hawla wa la quwata illa billah”.

Inilah sedikit percakapan saya dengan seorang Sahabat yang saya hormati karena keilmuannya.

Jadi saat kemarin saya menulis ini sebenarnya ada rasa, “Hmm kuat gak ya aku jika segala kondisi harus selalu bersyukur?”. Eh alhamdulillah ala kulli hal, hari ini kejadian. :’)

Ada sebuah kejadian yang tidak mengenakan hati, masih dalam urusan pekerjaan sih.

Dan sebenarnya kan ini bukan sekali dua kali aku hadapi. Tapi ya belum segitu strong-nya untuk bisa legowo di pukulan pertama. 🙂

Source: here

Seketika, aku tahu aku gak boleh memberikan respon yang salah. Sehingga aku memutuskan untuk menghubungi Sahabatku. Dia bertanya langsung bagaimana kabarku. Dan aku menjawab dengan nada lemas, “Ya…kurang ok.”

Dia pun langsung mengoreksi, “Eh gak boleh gitu, harus selalu alhamdulillah. Kalau kejadian buruk ucapkan Alhamdulillah ala kulli hal, jika baik ucapkan Alhamdulillah bini’matihi tatimmush sholihaat.”

Lalu aku pun bercerita apa yang sedang aku rasakan dan hadapi. Memang beda bercerita untuk mencari solusi dan kepada siapa kita bercerita. Rasanya kalau orang tersebut ahli ilmu, maka sejuklah yang kita hadapi.

“Teteh baru di tahap bismillah, belum alhamdulillah. Kita ucapkan alhamdulillah jika perjuangan sudah selesai, yaitu saat nanti kepada Allah. Pun di tengah, bisa ucapkan La hawla wa la quwata illa billah. Lalu ingatlah konsep rejeki dalam Islam bahwa tidak akan pernah tertukar. Selain itu, siapa yang memulai dan konsisten melakukannya insyaa Allah hasilnya akan bagus. Dan ketika sudah ridho mengemban amanah berarti juga harus ridho dengan risiko dan tanggung jawabnya,” ucapnya.

Kegeramanku saat tadi, hilang sudah. Bukan berarti tidak boleh marah, katanya tapi biasanya ada 2 akibat setelah kemarahan itu terjadi, salah satunya adalah rasa menyesal. Akibat yang lainnya apa ya, aku lupa :’)

So, yeah inilah aku, yang masih terus belajar menjadi the people of Alhamdulillah. Aku tahu dan sadar bahwa seketika kita menginginkan goals menjadi hamba Allah yang selalu bersyukur, pasti pasti akan harus melewati berbagai ujian terlebih dahulu. May Allah always guide me. Dan siapapun yang sedang menghadapi tantangan dalam hidupnya, semoga Allah kuatkan ya! 🙂

Mari saling doakan dalam kebaikan.

Deva

Â