Ngobrolin Investasi di Akber Jakarta

Setelah sekian lama tidak bergabung di kelas Akademi Berbagi (Akber) Jakarta, akhirnya saya ikutan lagi. Temanya adalah tentang investasi dan narasumbernya pun tidak tanggung-tanggung yaitu Presiden Direkturnya Manulife Indonesia yaitu Pak Legowo.

Slide pertama yang ditampilkan oleh Pak Legowo lumayan mengungkapkan isi hati kita semua yaitu: Selalu ada alasan menunda investasi.

*anggap gak ada kepala* :D
*anggap gak ada kepala* 😀

Ayo, jujur saja.

Ketika gaji sudah ditransfer ke rekening, pos pertama apa yang kita isi atau pikiran pertama apa yang terlintas dalam otak kita. Kalau saya sih langsung mikir: beli ini, bayar itu, beli itu, bayar ini, and so on. Tapi seharusnya, langkah pertama yang kita lakukan saat gaji sudah masuk adalah langsung masukkin ke pos investasi! DOOR!

Tapi tunggu, jika memasukan uang ke pos investasi semudah kita menganggukkan kepala ketika ada tawaran membeli Tupperware, pasti udah jadi juragan saham. Ya kan? 😛

Kalau kata Pak Legowo, sebelum kita berinvestasi, kita harus…

INSYAF dulu.

*buru-buru pegang jidat ngukur suhu* #lah

Insyaf di sini maksudnya adalah jujur sama diri sendiri tentang pengeluaran dan pemasukan kita. Jika ternyata pengeluaran lebih besar dari pemasukan, berarti ada yang salah dari tata kelola uang kita. Nah, jika sudah berani jujur, berani lihat angka hitam di atas putih, berarti saatnya kita harus insyaf. Kalau terus membiarkan pengeluaran lebih besar dari pemasukan, ya…gitu deh. Serem mau nulisnya. Tapi harus ditulis. Ya…masa depan kita akan suram.

Emang sih, rejeki udah ada yang mengatur. Saya ingat kata-kata dari Aa Gym, “Rejeki itu sudah diatur oleh Allah sejak kita masih di kandungan ibu, tugas kita di dunia adalah menjemput rejeki tersebut. Bukan mencari.” Nah, jika rejekinya sudah ketemu, tugas kita mengelola uang itu dengan sebaik mungkin, kan. 🙂

Ada 2 pos di hidup kita yang butuh biaya sangat besar di masa depan, yaitu: pendidikan anak dan pensiun. Pertama tentang pendidikan anak. Katanya nih, biaya pendidikan per tahun naiknya 20%! Ngos-ngosan banget dengernya. Pos kedua adalah pensiun, yang sering dinafikkan oleh kebanyakan orang. Asyik gak tuh bahasanya. Dinafikkan alias dianggap angin lalu aja. Ah, pensiun masih lama. Sekarang masih mau nikmatin hidup dulu, jalan-jalan dulu, dan bla bla. Tapi soon or later, pensiun akan datang kan. Dan biaya pensiun itu gede banget. Cara ngitungnya:

Jumlah tahun x 12 x perkiraan gaji kita saat pensiun = dana pensiun.

Jumlahnya bikin keringetan!

Untuk tahu durasi pensiun, ada 3 faktornya, yaitu usia pensiun, usia harapan hidup, dan status pernikahan. Kalau ada pasangan, ya dihitung dua kalinya – kurang lebih ya.

Rada panjang nih ngomongin pensiun di Indonesia. Kenapa? Ya itu tadi karena masih kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya dana pensiun. Emang sih dari kantor udah ada jaminan masa tua, tapi harus diakui itu belum cukup. Dana yang dibutuhkan untuk pensiun kurang lebih sebanyak 26-31 tahun gaji. Beneran deh, pas denger ini, rasanya pengen creambath aja. Hahaha…minimal prepare biaya 26 tahun gaji! Siapa yang gak cenat-cenut. Apalagi saya punya tekad kuat, bahwa kelak saya pensiun, gak mau anak cucu ikutan pusing membiayai hidup saya dan pasangan. Istilahnya gak mau jadi sandwich generation. Aamiin!

Dari penjelasan di atas kayaknya seharusnya udah cukup ya bikin sadar untuk investasi. Seharusnya. Tapi ya selaluuuu aja ada excuse di diri kita untuk menunda investasi. Yaitu…

Pengen sih invest, tapi gak ada duitnya.

Ini saya banget!

Dulu, sebelum mulai invest di reksadana, rasanya kok ya gak ada uang. Tapi saya ingat banget kata-kata Ligwina di seminar apa ya..lupa, dia bilang “Lo makan di mall 200 ribu gak berasa. Gampang banget ngeluarinnya. Kalau lo bisa kayak gitu, kenapa invest di reksadana 200 ribu sebulan gak bisa?!”

DOR!

Bahkan semalam Pak Legowo bilang “Masa iya, nabung 5.000 sehari gak bisa. Sebulan bisa terkumpul 100 – 150 ribu. Bisa untuk beli reksadana.”

YIHA!

Intinya sih ya, kita emang harus punya tekad kuat untuk mengubah nasib. Tekad kuat untuk yakinin diri bahwa kita berhak dapat hidup yang lebih baik di masa depan. Iya gak?

Nah, setelah kita dibuat se-INSYAF-insyaf-nya oleh Pak Legowo, langkah kedua yang kita harus lakukan adalah…

IRIT.

Irit bukan pelit. Tapi irit itu berhemat.

Bukan berarti gak bisa gaya, bisa kok tapi dihemat-hematin.

Pertama, ya harus bedain butuh dan ingin. Saya rasa semuanya udah paham lah konsep ini. Butuh vs ingin. Sekarang, kalau saya pengen sesuatu, saya pikirin dulu untung dan ruginya. Semakin ke sini semakin sadar nyari duit gak gampang, punya badan yang sehat juga gak mudah. Pokoknya dipikirin deh. Kalau ternyata memang benar-benar butuh, ya take it. Kalau gak, ya pending aja dulu sampai itu menjadi kebutuhan.

IYA, NGOMONG GAMPANG *ambil kaca*

Pak Legowo ngasih contoh yang related banget sama hidup kita. Gini, biasanya kalau ada barang diskon, let say…odol. Hahahaha. Kita biasanya ambil odol di supermarket 1 aja, eh pas harganya murah kita ambil 2. Yuk jujur, biasanya kalau odol udah mau abis dan kita gak punya persediaan odol lagi pasti usahaaaa banget kan menghabiskan odol itu sampai titik darah terakhir. Digulung-gulunglah, diteken-teken supaya masih keluar odolnya. Hal ini akan berbeda jika kita sadar bahwa ada persediaan odol lain. Ah, gampang…tinggal ambil di laci. Sisa odol yang sebelumnya dapat kita gunakan, jadi terbuang sia-sia.

Ngerti kan?

Karena ada persediaan, justru kita cenderung boros dengan barang yang sudah mau habis, padahal masih bisa digunakan untuk beberapa kali lagi.

Nah, untuk tahu apa saja pengeluaran yang bisa dihemat atau diirit adalah dengan cara: catat keuangan (I still remember, Om Arman rajin banget nyatet keuangannya), review pengeluaran kita, dan iritlah pos dengan pengeluaran yang terbesar. Misalnya ngopi di kafe. Udahlah…cukup sebulan sekali. 😛

Jika sudah INSYAF, IRIT, terus apa?

Ya…

INVESTASI.

Gini, duit biasanya kalian apain?

Dibelanjainkah?

Didonasiinkah?

Ditabunginkah?

Atau

Diinvestasiin?

Gak ada yang salah dari keempat cara tersebut. Tapi pos investasi yang sebelumnya belum ada di anggaran kita, perlu dibuat. Ya alasannya kayak yang sebelumnya saya tulis di atas.

“Dev, capek kali ngomongin investasi mulu. Emang apa bedanya sama ditabungin?”

*ambil teh*

Gini…geret Bang Dani untuk jelasin hal ini. HAHAHHAA…

Sederhananya:

Tabungan itu tidak bisa melawan tingkat inflasi di negara ini. Justru tabungan cenderung membuat uang kita berkurang. Kan ada yang namanya biaya administrasi, dan sebagainya. (saya kurang paham istilah perbankan). Tapi kalau investasi di reksadana, bisa melawan tingkat inflasi di sini. Berdasarkan pengalaman saya yang baru aja 1 tahun lebih naro di reksadana, keuntungannya lumayan banget. Gak pernah dapat untung sebesar ini di tabungan.

Hayo yang paling gede yang mana?
Hayo yang paling gede yang mana?

Tapi tunggu, jangan karena saya nulis seperti ini lantas langsung naro di reksadana.

Kita harus cari tahu sendiri karakteristik reksadana yang cocok dengan kita. Kan ada yang reksadana dengan pergerakan yang slow, ada yang menengah, dan ada juga yang cepat. Tergantung butuhnya yang kayak gimana. As we usually hear from Ligwina, “Tujuan lo apa?”

Dan harus diingat juga: high return high risk. Gak ada yang bisa menjamin, investasi di A bisa untung. Di B untung, dan sebagainya.

Terus ada lagi yang nanya, “Deposito itu investasi atau tabungan?”

Pak Legowo jawab, “Tabungan”

*siul-siul*

Dari tadi kok ada kata-kata reksadana mulu, Dev. Yawdalah tarik Bang Dani lagi ke sini. HAHAHAHA…!

*mohon abaikan kepala-kepala itu* :D
*mohon abaikan kepala-kepala itu* 😀

Iya, dari semua pilihan investasi, yang paling mudah didapat (mulai dari 100 ribu), gampang dicairin, gak usah pusing mikirin naik turunnya, ya reksadana. Yang paling bagus regular.

Pengalaman nih.

Beberapa waktu lalu, saya cairkan beberapa poin di reksadana. Eh, cepat banget prosesnya. Cuma 4 harilah.  Tinggal kirim email atau telepon CS untuk bilang mau pencairan, bilang aja jumlah rupiahnya, nanti dihitung oleh mereka. Terus mereka akan kirim formulir pencairan dan kita isi, kirim lagi. Duduk manis nunggu uang masuk. Jadi, gak susah kok untuk mencairkan reksadana. Kalau mau top up lagi, ya tinggal top up.

Mulai aja investasi dengan nilai yang terjangkau oleh teman-teman. Mulai dari sekarang. 🙂

Apa lagi ya?

Kayaknya itu aja. 😀

Thanks anyway, Akber Jakarta and Manulife!

R.I

PS:

Ada beberapa tulisan terkait topik ini, yang mungkin bisa menambah info teman-teman:

Reksadana Perdana

Beli Reksadana di Commonwealth Bank Indonesia, How?

28 thoughts on “Ngobrolin Investasi di Akber Jakarta

  1. Aku lagi mikir-mikir juga Dev, pengen mencari produk yang kitanya gak perlu pusing memikirkan investasi itu ketika sudah jalan, hehehe 🙂 . Karena untukku investasi = produk yang memberikan kita penghasilan tanpa kita harus “bekerja” untuk itu 😀 .

    Btw, kalau kasus odol itu. Kalau ketika sudah dipencet-pencet nggak keluar lagi, badan odolnya aku gunting Dev. Lumayan lho di dalamnya kadang masih ada sisa odol sedikit. Bisa kali buat sikat gigi 1 atau 2 kali lagi, hahaha 😛 .

    Like

    1. Huaaaaaa Zilko…kemarin Pak Legowo juga cerita klo jaman dia ngekos dulu, bungkus odol dia gunting juga. Sama kayak Zilko! 😄

      Iya, karakteristik investasi ada beberapa. Coba baca lengkap ttg reksadana, Ko. Soalnya selama aku naro di RD, aku gak perlu pusing mikirin pergerakannya karena udah ada Manajer Investasi yang mengatur uang kita. 😊

      Like

  2. Curhat ah, hahaha, gue adalah anak yang nggak dapet informasi soal investasi. Yang gue tau cuma tabungan biasa dan menyimpan emas perhiasan (dan karena single, gue lebih sering beliin perhiasan buat ibu, dan bukan logam mulia, haha) Pokoknya salah semua. Tahu Tujuan Lo Apa dari Ligwina udah masuk ke tahun ke 7 gue di dunia kerja. Langsung mau nangis rasanya kalau tahu jaman gue single, job MC dan VO masih kenceng banget, itu semua bisa masuk ke investasi dan pasti hasilnya udah hore banget hahaha. Percayalah, karena nggak punya pengetahuan sama sekali, setiap beres ngeMC gue langsung jajan atau liburan sesuka hati hahahaa, karena ngerasa aman tiap bulan ada gaji pokok dari siaran. Aseeemmmmmm x))

    Anyway, ilmu tentang investasi ini bakal gue beri ke Menik. Sekarang juga ada reksadana yang khusus buat tabungan Menik, dan maunya nanti bakal diterusin sama Menik hingga masuk masa pensiunnya..

    Duh, kalo inget masa hura-hura nggak tau apa itu reksadana, rasanya keseeelll bangeetttt :’D

    Like

    1. Hahaha berasa kayak tagline-nya Mamah Dedeh #eh 😀

      Iya, aku juga baru tau ttg investasi dari timeline-nya Ligwina. Pahala doi gede banget. Lah malah bahas pahala orang x)))

      Dan bener, dari jaman orang tua gak ada yang pernah mengenalkan tentang pentingnya investasi, palingan dijelasin pentingnya nabung dan berhemat. Mungkin karena dulu investasi reksadana terlalu susah dimengerti masyarakat.

      Semoga investasi kita berbuah manis ya, Mbak Sazkiaaaa 😀

      Like

Leave a comment