Why Not?

“Parah! Gatel banget kaki gw! Arrrgh…gak jadi ke Argo!” 

Wew…kenapa nich si Saad, pikir saya saat itu. Iya, pesan itu datang dari Saad, siapa lagi coba yang kirim pesan dengan intonasi seperti itu kalau bukan Saad – my very bestfriend.

Jari saya pun lekas mengetik, “Kenapa gak jadi ke Argo?” 

“Kan adek gw nikah bulan Desember. Ke Argo Desember juga. GAK JADI DECH TAHUN BARUAN DI GUNUNG!”

For your information, Argo itu adalah nama gunung di Probolinggo.

“Santai Jeng. Tahun lalu kan kita juga udah tahun baruan di Gunung Ungaran. Tahun ini di rumah aja.”

Saad balas lagi, “Tapi pengen lagi tahun baruan di gunung, Dev! Eh…kita jalan yuk. Pacitan looks legit!”

Tanpa pikir panjang, saya pun balas, “AYO! Kapan?”

Akhirnya kami pun membicarakan timing yang pas untuk datang ke Pacitan. Tapi ternyata masih lama juga baru bisa ke sana, mungkin awal-awal tahun depan.

“Yah, masih lama ya. Sekalian ke Padang yuk!” lanjut saya. Deva buta peta banget, dikata Pacitan deket sama Padang

“AYO BANGET! Kalo ke Padang harus cuti beberapa hari, bukannya kamu mau ke Flores ya di tengah bulan tahun depan?”

Dan saya pun langsung nyengir. Iya ya, uang harus banyak yang disisihkan demi perjalanan overland saya ke Flores bulan Juni nanti. 😀

“Iya sich, tapi pengen banget ke Padang. Kangen kampung euy.”

Saad balas lagi, “Oke, berarti Desember ini kan gw gak bisa kemana-mana. Desember udah mulai cari tiket ya ke Pacitan, terus sekalian cari info untuk ke Padang.”

“Siap! Padang jangan cuma weekend. Gak puas! Duh, baru sekedar planning liburan aja, gw udah berasa mau liburan besok!”

Saad: “Indeed!!! Kaki gateeeeeeel”

Gara-gara nulis ini baru sadar kalau saya gak punya foto pendakian Gunung Ungaran sama sekali T_T Akhirnya pasang foto ini aja ketika saya, Saad, dan Ani, serta anak-anak P24 lainnya ke Rammang-Rammang, Makassar.
Gara-gara nulis ini baru sadar kalau saya gak punya foto pendakian Gunung Ungaran sama sekali T_T
Akhirnya pasang foto ini aja ketika saya, Saad, dan Ani, serta anak-anak P24 lainnya ke Rammang-Rammang, Makassar.

***

Well, itu baru sedikit cuplikan chat saya dengan Saad tentang travelling. Belum lagi kalau chat sama teman-teman lain yang juga suka travelling. Jadi, kalau harus menulis seberapa sukanya saya dengan jalan-jalan, saya gak bisa menjabarkan dengan nada biasa. Pasti akan sangat antusias! 😀

Saking sukanya dengan jalan-jalan, saya sampai pernah membuat blog khusus travelling. Dan semoga bisa berlanjut nulis di sini. 🙂

Travelling bukan cuma sekedar mencoret bucket list, bukan sekedar menginjakkan kaki di sana tapi travelling sudah seperti salah satu jalan saya mengaktualisasikan diri. Mencoba transportasi lokal, mencoba masakan lokal, mengenali budaya lokal, dan yang lebih utama adalah berbicara dan mendengarkan masyarakat lokal. – ransel ijo

Dari beberapa pengalaman jalan-jalan, saya gak akan pernah lupa sebuah masa ketika ditugaskan di Kupang, daerah di Indonesia yang menjadi cinta pertama saya.

Tahun 2009 adalah kali pertama saya ke Kupang, bertemu dengan masyarakat untuk bertanya tentang isu kesehatan di sana. Salah satu desa yang saya datangi adalah Desa Kiubaat. Ketika datang waktu untuk makan, Pak Frans – salah seorang kader Posyandu, mendatangi saya.

”Nona, maukah Nona menyembelih ayam?”. Saya yang sedang beristirahat setelah melakukan interview kaget dengan pertanyaannya. Sembelih ayam?!

Lalu Pak Frans berkata sambil menggerakkan tangannya ke kepala, ”Di agama Nona kan menyembelih ayam harus berdoa dulu.” Oh…saya baru mengerti ternyata Pak Frans ingin saya makan dengan ayam yang saya sembelih sendiri karena beliau tahu saya Islam dari kerudung yang saya gunakan.

”Ya…ya…duh Pak maaf. Dimana ayamnya?”, tanya saya ke Pak Frans. Alhasil saya ke belakang dan menyembelih ayam dengan mengucapkan basmalah dan syahadat. Setelah darah muncrat, saya lantas berlari ke halaman depan. (untuk cerita lengkapnya bisa klik di sini)

Pengalaman tersebut masih berbekas hingga sekarang. Salah satu perjalanan yang memperluas pandangan saya mengenai toleransi.

Coba kalau saya tidak melakukan perjalanan, mungkin saya tidak paham makna dan aplikasi dari sebuah toleransi.

Perjalanan seperti apa yang dapat dilakukan dengan menyenangkan tanpa sebuah toleransi? – ransel ijo

Jika kita pergi ke sebuah tempat dengan beramai-ramai pastinya karakter setiap orang akan berbeda, kan? Ada yang mau ke sini, ke sana, gak mau bawa ini, gak mau bawa itu, dan sebagainya. Bagi orang yang sudah sering melakukan perjalanan, pasti semakin sadar bahwa toleransi itu diperlukan antar sesama pejalan agar perjalanan semakin menyenangkan. 🙂

***

Kembali lagi ke rencana perjalanan saya ke Padang dengan Saad.

Kalau dulu ya untuk cari tiket harus buka website maskapai satu-satu terus secara manual membandingkan harga dan tawaran yang diberikan. Tapi di jaman yang semakin canggih *halah bahasanya* ini, dengan hanya membuka Traveloka maka kita bisa langsung membandingkan harga dari semua maskapai. Bandwith internet juga bisa lebih hemat, kan? Yang serunya lagi, harga tiket di Traveloka sudah all-in. Gak ada lagi tuch, harga beli kursi, pajak, dsb. Terima beres! 😀

Proses beli tiket di Traveloka juga gampil. Caranya tinggal klik-klik aja, contohnya kayak di bawah ini. Saya sudah meng-install aplikasi Traveloka di iPhone saya.

Ini langkah-langkah dalam memesan tiket Traveloka via iPhone
Ini langkah-langkah dalam memesan tiket Traveloka via iPhone

Gampang kan?

***

Emang kalau pengen ke Padang bareng Saad, saya mau ke mana sik?

Sebagai orang asli Padang, yang terakhir kali mudik di Semester 2 jaman kuliah – yang artinya udah bertahun-tahun lalu (Hahaha…) saya pengen banget ajak Saad nikmatin Kelok 9. x))) *EVIL LAUGH*

Source: foto.okezone.com
Source: foto.okezone.com

Karena udah lama banget gak ke Padang, saya pun belum pernah mencoba Kelok 9 versi baru ini. Dulu terakhir kali saya ke Padang bersama kakak-kakak saya, Mama tuch selalu menelepon hanya untuk bertanya, “Udah lewat Kelok 9 nya?” Kenapa harus ditanya seperti itu? Karena jalurnya menyeramkan. Belok sana belok sini. Jika sopirnya tidak tahu celahnya di mana…ya was-was aja. 😀

Selain mau ke Kelok 9, tentunya tidak sah ke Padang kalau tidak ke…Danau Singkarak.

Source: www.indonesia.travel
Source: http://www.indonesia.travel

Jangan, please jangan tanya, apa saya sudah pernah ke Danau Singkarak atau gak. Saya lupa. Rumah saya di Padang itu berlokasi di Lembah Gumanti, Solok. Yang saya ingat cuma…saya pernah ke Bukit Tinggi. Malu-maluin emang dech dengan ingatan jangka pendek seperti ini.

Tapi…kalau ditanya, apa pernah ke Danau Kembar atau Danau Atas dan Danau Bawah, saya akan jawab. Pernah! Gak ada salahnya dong kalau ke sana lagi? 🙂

Sumber: http://tourdesingkarakcity.blogspot.com/2013/05/legenda-danau-atas-dan-danau-bawah.html
Sumber: http://tourdesingkarakcity.blogspot.com/2013/05/legenda-danau-atas-dan-danau-bawah.html

Wah, pokoknya banyak dech yang ingin saya kunjungi di Padang. Ngarai Sianok, Air Terjun Lembah Harau, Lembah Anai, dan….yang PALING INGIN SAYA KUNJUNGI ADALAH PULAU SIKUAI.

Tenangnyaaaaa :) [Source: http://www.warawiriwisata.com/destinasi/keindahan-alam-pulau-sikuai-surga-para-honeymooners/]
Tenangnyaaaaa 🙂
[Source: http://www.warawiriwisata.com/destinasi/keindahan-alam-pulau-sikuai-surga-para-honeymooners/%5D
Yah, emang sich saya gak mungkin juga honeymoon-an di Sikuai sama Saad, ya kali?! 😀 Tapi rasanya tenang banget menghabiskan waktu yang lama di Pulau ini. 🙂

Kalau beneran bisa ke Padang, saya udah berniat banget harus bawa keripik sanjay yang banyak buat keluarga dan teman-teman, terus mau beli kain songket minang, yang bisa kita beli di pusat kerajinan ukiran dan tenunan kain songket Padai Singkek, deket dengan Bukit Tinggi.

Doh…udah beneran gatal untuk jalan-jalan lagi! 😀

Doakan yaaaa semoga saya dan Saad dapat #TiketGratisTraveloka sehingga benar-benar bisa mewujudkan keinginan kami ke Padang. 😀

Buat kalian yang ingin ikut kontes ini, masih ada waktu sampai jam 18.00 hari ini. Coba ikutan, siapa tahu beruntung! 😉

Coba klik http://t.co/iRNS18tpPu untuk tahu cara ikutan blog contest ini. :D
Coba klik http://t.co/iRNS18tpPu untuk tahu cara ikutan blog contest ini. 😀

Jadi kalau ditanya, “Nyoba ikutan kuis ini, itu yuk kaliiii bisa dapat tiket gratis” maka hampir dipastikan, saya akan menjawabnya, “Why not?” 😀

R.I

12 thoughts on “Why Not?

Leave a comment